MANGUPURA, BALIPOST.com – Bali sebagai pulau kecil yang banyak dikunjungi wisatawan, tentu membutuhkan bandar udara tambahan sebagai pintu masuk. Dari sisi penerbangan, satu bandara yang ada saat ini kurang optimal. Demikian dikemukakan Komandan Lanud (DanLanud) Ngurah Rai Kolonel Pnb Wayan Superman, disela kegiatan coffee morning, Jumat (5/1) di Baseops Ngurah Rai.
Ia mengatakan Bali dengan satu pintu masuk yaitu Bandara Ngurah Rai, tentu sangat kurang. “Dua pintu masuk akan lebih baik daripada satu pintu,” katanya.
Menurut DanLanud Wayan Superman, dengan dibangunnya tambahan pintu masuk di Bali Utara, tentunya akan menguntungkan Bali. Dan itu juga akan menguntungkan bukan hanya satu sektor saja.
Selain butuh bandara tambahan, terkait penambahan runway atau rencana pembangunan double runway di Bandara Ngurah Rai, pihaknya menyambut baik rencana tersebut. Karena, selama dilakukan inspeksi runway, yang mengakibatkan terjadi delay penerbangan selama 15 menit, kondisi ini sangat dirasakan semua pihak.
Dikatakannya, selama delay tersebut terjadi, banyak penumpukan baik penumpang maupun penerbangan. Sehingga dengan kondisi itu, banyak penumpang yang tidak sabar. Bahkan orang yang berada dalam penerbangan diatas, tentu merasa tidak nyaman dan ingin cepat-cepat mendarat.
“Semua infrastruktur sudah menjadi bahan pemikiran. Tinggal saat ini masih terkendala di masalah lahan dan juga regulasi. Seperti jarak antara main apron dengan runway, itu sudah ada aturannya. Kita tidak bisa semena-mena disitu,” ujar Superman.
Sementara, dari sisi keamanan, selama tahun 2017, dikatakan, kondisi penerbangan sangat aman. Bahkan sudah mencapai Zero Accident atau nol kecelakaan. Capaian ini menurutnya tidak terlepas dari sumber daya manusia (SDM) yang handal. “Saya menetapkan bahwa jadikan keselamatan sebuah kebutuhan,” tegasnya.
Untuk tahun 2018 ini, yang patut menjadi atensi yaitu teror dan segala macam yang melanggar tindakan hukum, harus dijaga bersama-sama. Diakuinya, tingkat pelanggaran wilayah udara selama ini memang masih banyak ditemukan. Namun hal itu belum menjadi ancaman serius. Karena pelanggaran saat ini masih sebatas di kalangan internal, seperti di airways, atau terkait rutenya. “Yang harusnya ke kiri dia ke kanan. Namun ini belum menjai ancaman,” jelasnya. (Yudi Karnaedi/balipost)