pengungsi
Pengungsi di Balai Banjar Jelantik Mamoran, Desa Tojan. Ditengah penurunan radius bahaya Gunung Agung menjadii 6 kilometer, mereka yang rumahnya lebih dari itu masih khawatir untuk pulang. (BP/sos)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan penurunan batas radius berbahaya erupsi Gunung Agung menjadi 6 kilometer per 4 Januari 2018. Namun demikian, sejumlah pengungsi di Kabupaten Klungkung yang berasal dari radius 7 sampai 10 kilometer masih khawatir untuk pulang.

Kekhawatiran itu datang dari pengungsi asal Desa Muncan, Kecamatan Selat, Karangasem. Mereka yang tertampung di GOR Swecapura masih menjalani aktivitas seperti biasa. Belum ada langkah untuk mengkemas barang, apalagi kembali ke kampung halaman yang jaraknya sekitar sembilan kilometer dari puncak Gunung Agung. Seorang pengungsi, Ketut Suwenten menuturkan informasi penurunan radius sudah didengarnya.

Baca juga:  Kembalikan Kesucian dan Keagungan Pura Besakih, Penataan Mulai 2020

“Tapi masih khawatir untuk pulang. Takutnya seperti kemarin. Saat dibilang level turun (waspada ke siaga-red). Diperkenankan pulang, tapi sampai di rumah, gunung erupsi. Malah mengungsi lagi,” tuturnya, Jumat (5/1).

Menghindari sesuatu yang tak dinginkan, ia bersama keluarganya memilih untuk menunggu perkembangan situasi gunung beberapa hari kedepan. Jika mengarah ke kondusif, besar peluangnya untuk pulang. “Paling menunggu lima hari dulu. Kalau memang aman, kami baru pulang,” sebutnya.

Perasaan khawatir dan waswas juga mebelit pengungsi asal Banjar Pegubugan, Desa Duda, Kecamatan Selat, Ni Wayan Pasek Ariani. Meski tempat tinggalnya berjarak 10 kilometer dari puncak gunung, ia yang mengungsi di Balai Banjar Jelantik Mamoran, Desa Tojan memilih untuk tidak pulang, namun mencari kost untuk tinggal sementara.

Baca juga:  Gubernur Pastika Minta Warga Mengungsi di Wilayah Karangasem

“Pas letusan 1963, daerah tempat tinggal kena dampak. Kami khawatir seperti itu. Apalagi status gunung masih awas. Takut malah meletus besar. Jadinya untuk sementara ngekost dulu,” ucapnya.

Pengungsi asal yang sama, I Wayan Darta justeru berbeda. Ia bersama keluarganya sudah memutuskan untuk pulang. Jika situasi kembali memburuk, langkah mengungsi kembali diambil. “Sekarang pulang dulu. Katanya sudah boleh. Kalau rasa khawatir pasti ada,” imbuhnya.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klungkung, Putu Widiada menyatakan kepulangan pengungsi sudah terjadi menjelang perayaan tahun baru. Sejalan adanya informasi penurunan radius bahaya, pengungsi yang menyusul semakin meningkat. Hanya untuk jumlahnya belum bisa dipastikan. “Kami masih mendata,” terangnya.

Baca juga:  BIAS 2024, Indonesia Kukuhkan Posisi di Industri Kedirgantaraan Asia Pasifik

Mantan Camat Banjarangkan ini menegaskan kepulangan kali ini tidak seperti sebelumnya. Pemkab tidak menyiapkan bus maupun truk untuk mengangkut. “Pengungsi pulang mandiri. Kami tidak menyediakan angkutan,” tegasnya.

Sesuai informasi yang dihimpun, jumlah pengungsi sebelum penurunan radius bahaya mencapai 11.282 jiwa yang tersebar di 44 Desa/kelurahan. Namun pascaitu, menginjak ke angka 10 ribu. “Kami perkirakan pengungsi dari radius enam kilometer sekitar 3 ribu orang menyesuaikan dengan KRB III,” pungkas Widiada. (sosiawan/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *