SEMARAPURA, BALIPOST.com – Produksi beras di kabupaten Klungkung belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan konsumsi masyarakat. Ditengah situasi itu, petani juga berhitung dalam budi daya komoditi. Seperti halnya di Subak Toya Cau, Desa Tojan, Klungkung. Sawahnya ditanami kangkung darat, menggusur padi. Alasannya, hasil yang didapatkan lebih menggiurkan.
Salah seorang petani, Wayan Kota menuturkan budi daya sayuran ini telah dilakukan sejumah petani sejak beberapa musim belakangan. Jika dibandingkan dengan padi, hasil yang didapatkan jauh lebih menggiurkan. Sekali panen untuk satu petak sawah mencapai 200 ikat. Itu djual ke pengepul Rp 15 ribu per ikat. Tergolong bagus jika dibandingkan harga sebelumnya yang hanya kisaran Rp 7.500.
“Banyak yang beralih untuk menanam kangkung. Hasilnya lebih menjanjikan dari pada padi,” ucapnya, belum lama ini.
Masa panen juga turut menjadi pertimbangan petani untuk menanam kangkung. Hanya 25 hari untuk satu musim. Jauh lebih singkat dari padi yang mencapai tiga bulan. Selain itu, serangan hama dan perawatan juga lebih mudah dan tidak membutuhkan banyak air. “Perawatan tidak sulit. Penanaman juga mudah. Tidak perlu banyak air,” sebutnya.
Modal awal yang dikeluarkan juga tak begitu besar. Hanya untuk pengolahan tanah dan pembelian bibit yang per hektar menghabiskan 13 sachet. Ditengah musim panen, kangkung itu dijual langsung ke pengepul. Tak jarang petani sampai kuwalahan untuk memenuh permintaan.
Sayuran mentimun juga turut dibudidayakan. Alasannya pun sama, karena lebh cepat panen dan pasar menjanjikan. “Tanaman mentimun juga ada. Jagung juga,” pungkasnya. (sosiawan/balipost)