jalan
Jalan di Paleg Kaja putus tergerus banjir. Titik jalan itu hanyut karena juga berfungsi sebagai pelintasan sungai. (BP/kmb)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Hujan deras di puncak Gunung Agung, Minggu sore (7/1) memicu banjir bandang di aliran Tukad Dalem, Kecamatan Kubu. Banjir memutus akses jalan menuju Banjar Panek di Desa Ban. Ruas jalan kabupaten hanyut sepanjang empat meter dengan kedalaman satu meter dan mengakibatkan Banjar Panek dan Banjar Paleg Kaja praktis terisolasi.

Informasi di lapangan menyebutkan, air bah menerjang alur Tukad Dalem sekitar pukul 16.00 wita atau berselang dua jam setelah hujan deras di wilayah Kubu. Badan jalan yang menjadi satu-satunya akses bagi warga Panek dan Paleg Kaja  menuju pusat kecamatan, memang berada di badan sungai Tukad Dalem. Ruas jalan yang hanyut itu juga berfungsi sebagai pelintasan air, tidak ada jembatan karena karakteristik wilayah memang seperti itu.

Baca juga:  Tambahan Korban Jiwa COVID-19 Bali Lebih Banyak dari Sehari Sebelumnya

Camat Kubu,I Made Suartana, Senin (8/1) mengatakan, badan jalan yang hanyut tergerus banjir juga terjadi di ruas jalan Panek-Paleg Kaja, selebar dua meter. Saat ini kedua titik ruas jalan putus itu hanya bisa dilalui pejalan kaki dan sepeda motor. “Laporan lisan sudah, untuk laporan tertulis saya masih menunggu laporan dari pihak Desa,’’ ungkapnya.

Selain menggerus badan jalan yang sekaligus berfungsi sebagai pelintasan sungai, banjir bandang Tukad Dalem juga sempat merendam rumah salah seorang warga di Banjar Buluh, Desa Tianyar Timur. Selain itu banjir bandang juga sempat memutus akses jalan nasional di Tianyar Timur  yang juga berfungsi sebagai pelintasan sungai.

Baca juga:  Gianyar Harapkan Bupati Baru Selesaikan Infrastruktur Ini

Kondisi serupa juga terjadi di aliran Tukad Panti di Desa Duda Utara, Kecamatan Selat. Badan jalan yang menjadi pelintasan air sungai jebol saat banjir lahar dingin beberapa waktu lalu. Badan jalan yang putus menghubungkan Banjar Geriana Kangin dan Geriana Kauh. Untuk sekedar bisa menjadi akses pejalan kaki, warga setempat membangun jembatan sederhana dari bambu sepanjang tiga meter. Jembatan bambu itu salah satunya untuk memudahkan anak-anak yang akan ke sekolah SMPN3 Selat di Geriana Kangin. ‘’Kalau tidak ada jembatan ini, harus memutar tiga kilometer,’’ ucap salah seorang warga.

Camat Selat, I Nengah Danu, mengatakan, titik jalan yang putus itu memungkinkan untuk dibangun jembatan. Rencana membangun jembatan permanen sudah diajukan ke pemerintah kabupaten. ‘’Di Geriana Kangin juga ada lima KK yang rumahnya terisolir. Kalau memang rawan, kita sarankan mereka untuk mengungsi dulu, di wilayah banjarnya saja bisa,’’ ungkapnya.

Baca juga:  PPKM di Sarbagitaku Diperpanjang, Ini Pesan Gubernur Koster

Ketua Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Gunung Agung, I Gede Pawana, juga memberi anjuran serupa. Warga yang berada di luar radius 6 km yang takut pulang karena jalan rusak atau yang berada di bantaransungai, dipersilahkan mengungsi. Pemerintah akan tetap menjamin ketersediaan logistik untuk warga tersebut. ‘’Tidak harus saklek di radius 6 km. Yang takut pulang karena ada bantaran sungai dan terisolir silahkan mengungsi,’’ tegasnya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *