AMLAPURA, BALIPOST.com – Erupsi Gunung Agung mempengaruhi hidup hewan-hewan di sekitarnya. Ada yang langsung mati karena menghirup gas belerang, ada pula yang masih bertahan hidup, seperti kera ekor panjang atau Macaca Fasicularis. Karena kelaparan, kera-kera jenis ini mulai turun gunung menuju permukiman warga untuk mencari makan.
Menurut Ketua Pasebaya Lingkar Gunung Agung, I Gede Pawana, Senin (8/1), kera banyak turun mencari makan ditemukan di sekitar wilayah Banjar Dinas Kesimpar, Desa Besakih, Kecamatan Rendang.
Situasi ini sudah memperlihatkan dampak erupsi Gunung Agung bagi habitat hewan yang selama ini hidup di lereng Gunung Agung. “Kalau yang di Pasar Agung, kami hitung setiap memberikan makan, jumlah sekarang hanya 14 ekor. Padahal dulunya sebelum Gunung Agung aktif jumlahnya sampai ratusan,” tegasnya Pawana yang juga Perbekel Duda Timur, Kecamatan Selat ini.
Sejauh ini, selain kera maupun pepohonan, pihaknya belum menemukan langsung adanya jenis hewan lain penghuni hutan lindung Gunung Agung yang mati akibat erupsi Gunung Agung. Tetapi, kalau laporan warga, memang diakui ada menerima laporan terkait adanya hewan lain seperti rusa atau menjangan yang mati.
Untuk menyelamatkan populasi kera ekor panjang ini, pihaknya mengajak relawan di Bali untuk menyumbangkan berbagai jenis buah atau umbi-umbian untuk dikumpulkan guna selanjutnya dibawa naik kelereng Gunung Agung. Pasokan pakan sementara sangat dibutuhkan untuk pakan kawanan kera tersebut, selama Gunung Agung memasuki fase kritis seperti sekarang. (bagiarta/balipost)