BLITAR, BALIPOST.com – Usia Hardjo Suwito alias Mbah Hardjo Gentelot diduga sudah mencapai 200 tahun. Jika benar, kakek yang masih sehat ini merupakan manusia tertua di dunia.

Dugaan bahwa Mbah Hardjo sudah berusia 200 tahun dikarenakan sejarah dan keterangan warga sekitar yang tahu persis kehidupan lelaki dengan enam istri ini. Warga Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Blitar ini masih sehat dan bisa beraktivitas normal. Ketika diwawancara pun, ia menjawab dengan lancar.

Baca juga:  Dari Pertumbuhan Penumpang Bandara Ngurah Rai Hampir 100 Persen hingga Batam Persiapkan Diri Jadi Tuan Rumah

Hanya, saat ditanya kapan lahir, ia menjawab tidak tahu. Sehari-harinya, Mbah Hardjo bertugas sebagai sesepuh yang memberikan pitulungan pada orang lain melalui doa.

Tak heran jika di ruang tamu rumahnya terdapat banyak sesaji dan kemenyan sebagai sarana ritual. Mbah Hardjo tinggal di rumahnya yang sederhana tepat di bawah lereng Gunung Gedang. Rumah berukuran 3 x 6 meter itu berdinding bambu.

Atapnya terbuat dari anyaman daun tebu dan hanya berlantaikan tanah. Mbah Hardjo hidup ditemani anaknya.

Baca juga:  Arahkan Anggotanya "Piting" Peserta Unjuk Rasa, Panglima TNI Minta Maaf

Meski mengaku tak ingat lahir tahun berapa, ia mengatakan lahir pada Selasa Kliwon. Ia juga mengetahui Gunung Kelud meletus sebanyak enam kali.

Saat tentara Jepang menjajah Indonesia, Mbah Harjo sudah berumur dan memiliki enam istri serta dikarunia banyak anak. Sedangkan Gunung Kelud sendiri meletus awal 1901, 1918, 1951, 1965, 1990 dan terakhir 2014.

Terkait usia Mbah Hardjo, Kepala Desa Gadungan, Widodo mengatakan sesuai dengan data yang tercantum di kantor desa, Mbah Hardjo lahir pada 1925. Namun ia mengaku tidak yakin dengan data itu karena sejak kecil, Widodo sudah mengenal Mbah Hardjo.

Baca juga:  Gubernur NTT Tunggu Laporan Data Akibat Gempa Bumi

Ia memperkirakan jika Mbah Hardjo Gentelot lahir pada tahun 1800-an. Saat ini, dari enam istri Mbah Hardjo, hanya istri terakhir yang masih hidup.

Terkait usai Mbah Hardjo yang diduga berusia 200 tahun, hingga kini belum ada yang bisa memastikan. (kmb/surabayatv)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *