BANYUWANGI, BALIPOST.com – Mengantisipasi lonjakan harga beras, Polres Banyuwangi melalui Satgas Pangan mulai bergerak. Salah satunya, mengawasi aktivitas gudang beras, termasuk penggilingan padi.
Kasat Reskrim Polres Banyuwangi AKP Sodik Efendi menjelaskan bersama Bulog pihaknya terus memantau aktivitas penggilingan padi maupun gudang penyimpanan beras milik swasta. Fokusnya, mengatisipasi permainan harga di pasaran.
“Kalau sampai detik ini, harga beras masih belum naik. Tapi, kami bersama Bulog dan perhimpunan penggilingan padi terus mengawasi aktivitas gudang-gudang beras,” kata AKP Sodik,Rabu (10/1).
Pengawasan ini,kata dia, sekaligus memastikan kepada masyarakat bahwa pasokan beras di Banyuwangi masih melimpah. “Kita juga dampingi Bulog menggelar operasi pasar. Sehingga harga bisa stabil, tak melambung terus,” jelasnya.
Tak hanya gudang penyimpanan beras, satgas juga memantau harga penjualan beras di masyarakat. Sesuai aturan, Harga Eceran Tertinggi (HET) beras sudah diatur sesuai kondisi daerah, baik kelas medium maupun premium. ” Kalau memang ada harga di atas HET, nanti akan kita lihat,” jelasnya.
Sementara itu, mengantisipasi lonjakan harga, Bulog Banyuwangi menyiapkan sedikitnya 35.000 ton beras cadangan untuk operasi pasar. Sehingga, harga beras di pasaran bisa terkendali. “Kami memiliki cadangan beras 35.000 ton. Ini cukup untuk stok Banyuwangi selama dua tahun. Jadi, tak perlu khawatir dengan lonjakan harga beras,” kata Kepala Bulog Banyuwangi David Susanto.
Tak hanya Banyuwangi, kata David, Bulog Banyuwangi ikut mensuplai beras medium ke beberapa daerah. Seperti Bali 5000 ton, NTT 12.000 ton dan Medan 15.000 ton. Meski begitu, pasokan beras di gudang Bulog tetap melimpah. Sebab, menurut David, penyerapan beras di tahun 2017, jauh melebihi target. Dari target 71.000 ton, terserap hingga 81.500 ton. Jumlah ini menempatkan Banyuwangi sebagai lumbung padi nasional nomor dua, setelah Kabupaten Jember, Jawa Timur. (budi wiriyanto/balipost)