BANYUWANGI, BALIPOST.com – Hujan lebat yang mengguyur Banyuwangi selatan, memicu musibah. Dua desa di Kecamatan Pesanggaran, dikepung banjir, Kamis (11/1). Tak ada korban jiwa dalam musibah ini. Namun, ratusan rumah terendam.
Dua desa yang terendam masing-masing, Desa Ringinagung dan Desa Pesanggaran. Hujan melanda sejak Rabu (10/1) siang, hingga malam.
Akibatnya, Sungai Gonggo di desa setempat meluap, termasuk beberapa sungai kecil. Ketinggian air yang merendam rumah warga sempat menembus 50 cm. Banjir sempat surut menjelang Kamis dini hari. Namun, beranjak siang, hujan lebat turun lagi. Imbasnya, banjir kembali melanda. “ Sebenarnya air sempat surut ketika dini hari. Karena hujan, banjir kembali muncul,“ kata Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi Eka Muharram kepada wartawan, Kamis siang.
Data sementara, kata dia, di Dusun Ringinagung, Desa/Kecamatan Pesanggaran jumlah rumah terdampak sebanyak 60 KK atau mencapai 200 jiwa. Sedangkan di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, tepatnya di Dusun Silirbaru sebanyak 260 KK yang terdampak atau sekitar 800 jiwa. “Artinya, jumlah yang terdampak banjir sekitar 1000 jiwa,” jelasnya.
Hingga Kamis sore, pihaknya masih terus siaga. Sebab, hujan lebat terus mengguyur.
Ditambahkan, pihaknya sudah melakukan evakuasi warga yang terdampak banjir. Termasuk, menurunkan tim reaksi cepat ke titik banjir terparah menggunakan perahu karet, pelampung dan mesin penyedot air. “Kami masih siaga penuh,” tegasnya.
Selain itu, dapur umum sudah berdiri di lokasi banjir sejak Kamis pagi. Selain merendam rumah warga, banjir juga merusak beberapa fasilitas. Dua jembatan di Dusun Pancer dikabarkan jebol diterjang banjir.
Selain banjir, kata Eka Muharam, pihaknya mengantisipasi longsor. Tepatnya, di Desa Kandangan, Kecamatan Pesanggaran. Di desa tersebut, kata dia, terdapat sepuluh patahan tanah pada sebuah bukit.
Lokasinya, tak jauh dari permukiman warga. “Kalau sampai longsor, bisa berbahaya,” ujarnya. Mengantisipasi musibah longsor, pihaknya memasang alat sirine di kawasan perbukitan. Sehingga, jika terjadi longsor, warga sudah mendapatkan isyarat lebih awal. (budi wiriyanto/balipost)