erupsi
Visual Gunung Agung saat terjadi erupsi freatik, Kamis (11/1) sekitar pukul 17.54 wita. Visual diambil dari Kota Amlapura. (BP/gik)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Setelah seharian diguyur hujan lebat disertai angin kencang, Gunung Agung kembali erupsi, Kamis (11/1) sore.  Erupsi freaktik atau letusan kecil ini mengeluarkan abu vulkanik cukup tebal dan membungbung tinggi. Letusan kecil seperti ini sering terjadi selama Gunung Agung berstatus awas. Tetapi, bedanya hujan abu yang ditimbulkan kini mengarah ke utara dan timur.

Erupsi freatik ini terjadi sekitar pukul 17.54 wita. Saat itu, suasana di sebagian besar wilayah Karangasem masih mendung, setelah seharian hujan lebat. Erupsi Gunung Agung ini menarik perhatian warga di sejumlah wilayah, karena visual Gunung Agung saat erupsi nampak sangat utuh. Tidak ada awan hitam yang menutupi. Banyak warga Karangasem sibuk mengabadikan momen tersebut, karena visual Gunung Agung dan abu vulkaniknya nampak sangat jelas.

Baca juga:  Hidupkan Kunjungan Wisata, VIB Kelilingi Pulau Bali

Visual Gunung Agung dan abu vulkaniknya nampak sangat jelas dari beberapa wilayah. Seperti dari Kota Amlapura, Desa Bugbug, Tegalinggah, Pertima, Temega dan desa-desa lainnya di Kecamatan Karangasem. Visual Gunung Agung juga nampak jelas dari beberapa desa di Kecamatan Kubu dan Bebandem. “Dari pada sibuk ambil gambar erupsi, sebaiknya siapkan masker dan perlengkapan lainnya. Karena abu vulkaniknya mengarah ke timur,” kata salah satu warga di Kota Amlapura, Ni Luh Putu Widnyani.

Warga Kota Amlapura nampaknya memang harus mempersiapkan diri. Karena abu vulkanik yang mengarah ke timur, artinya berpotensi juga mengarah ke Kecamatan Kubu, Abang hingga Kota Amlapura. Warga Kota Amlapura dan desa-desa khususnya di Kecamatan Karangasem sudah mempersiapkan diri dengan masker dan perlengkapan mitigasi bencana lainnya. “Semoga letusannya tidak besar,” kata warga Kota Amlapura lainnya, Komang Agus Supriadi.

Baca juga:  BNPB Sediakan 15 Ribu Masker, Siaga Darurat Gunung Agung Diperpanjang

Setelah terjadi letusan, Pos Pengamatan Gunung Agung, PVMBG, Kementrian ESDM, mengamati letusan kali ini diperkirakan setinggi 2.500 meter dengan warna asap kelabu dan hitam. Laporan yang disusun Nurul Husaeni ini, menyatakan teramati letusan dari cctv Bukit Asah dengan tinggi kolom abu 2.500 meter diatas puncak, condong ke arah utara – timur laut. Tremor Menerus (Microtremor) juga terekam jelas dengan amplitudo 1-13 mm (dominan 1 mm). “Terekam gempa letusan pukul 17:54 wita dengan amplitudo 27 mm dengan lama gempa 130 detik,” demikian pernyataan resmi Pos Pengamatan Gunung Agung.

Melihat situasi demikian, masyarakat di sekitar Gunung Agung diminta tidak berada, maupun tidak melakukan aktivitas apapun di dalam zona perkiraan bahaya di dalam radius 6 km dari Kawah Puncak Gunung Agung. Zona Perkiraan Bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan aktivitas Gunung Agung yang paling terbaru.

Baca juga:  Ditanya Soal Stok Vaksin COVID-19 di Bali, Ini Kata Kadiskes

Sekretaris Pasebaya Lingkar Gunung Agung, Suara Arsana, meminta warga di sekitar lereng Gunung Agung, khususnya di luar radius berbahaya tetap tenang dan waspada. Jangan mudah panik dan terpancing isu-isu berlebihan atau hoax. Tetapi tetap monitor perkembangan informasi yang disampaikan melalui HT dan aparat desa terkait.  Sementara, Ketua Orari Lokal Karangasem Gusti Semarabawa menginformasikan bahwa sekitar 30 menit setelah terjadi erupsi, hujan abu sudah dirasakan di Desa Dukuh hingga wilayah Rubaya Kecamatan Kubu. (bagiarta/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *