AMLAPURA, BALIPOST.com – Ulah enam orang mendaki Gunung Agung dengan alasan mendapat pawisik, membuat Komandan Satgas Penanggulangan Tanggap Bencana Erupsi Gunung Agung, Letkol Inf. Benny Rahadian kembali mengingatkan bahwa Gunung Agung belum dibuka untuk pendakian. Ia memperingatkan kembali para turis maupun warga lainnya agar jangan dulu mendaki sebab aktivitas Gunung Agung masih fluktuaktif.
Pihaknya meminta agar himbauan untuk menjauh dari Gunung Agung sejauh 6 km dipatuhi, guna mengurangi risiko bencana. Dansatgas menegaskan, agar tak ada kebijaksanaan atau toleransi apapun pada radius 6 km. Rekomendasi dari PVMBG agar tetap dipatuhi. “Tamu asing atau warga lokal agar tidak ada lagi yang mendaki, karena ancaman bahayanya sangat tinggi. Ini bisa berakibat sangat fatal,” kata Dansatgas.
Kepala BNPB Willem Rampangilei, menegaskan, dengan ditetapkannya radius berbahaya 6 km, artinya seluruh wilayah tersebut harus steril dari penduduk. Warga disana saja diminta mengungsi agar aman dari ancaman bencana yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi. Apalagi, untuk aktivitas pendakian.
Dengan ditetapkannya radius 6 km, maka ada 10 desa yang wilayahnya harus steril dan warganya harus diungsikan. Sedangkan, warga di luar radius tersebut yang sebelumnya mengungsi, sudah bisa kembali pulang lagi.
Jumlahnya warga di luar radius 6 km yang sudah bisa kembali pulang ada kurang lebih 21 ribu orang warga. “Dengan masih ditetapkannya level awas pada radius berbahaya 6 km dari puncak kawah, kesiap-siagaan tetap kita matangkan, Early Warning Sistem (EWS) juga akan kita tata kembali,” tegasnya.
Terkait kondisi terkini Gunung Agung, Sesban Geologi Antonius Raddomo Purbo, menjelaskan aktivitas Gunung Agung tiap hari masih menimbulkan getaran. Getaran ini menunjukkan ada dua kemungkinan, yaitu akan terjadi meletus besar atau tidak meletus, sehingga diambilah resiko yang paling terendah yaitu menyatakan awas.
Gunung Agung sudah berhenti kurang lebih 50 tahun, sehingga untuk menggedor membutuhkan tenaga yang sangat besar. Penurunan radius berbahaya 6 km yang semula 8-10 km dari puncak kawah, karena dilihat dari beberapa alat dan berdasarkan pengamatan serta perhitungan teknis vulkanologi, resiko yang ditimbulkan masih berupa hujan abu. (Bagiarta/balipost)