garam
Aktivitas transaksi di Pasar Galiran, Klungkung. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tahun 2017, capaian inflasi Bali 3,32 persen. Lebih rendah dari capaian nasional yang angkanya 3,61 persen.

Di 2018, Bali menghadapi tantangan yang cukup berat dalam mengendalikan inflasi. Pasalnya Kementerian Keuangan menurunkan target inflasi yaitu dari 4 persen menjadi 3,5 persen. Bali sendiri target inflasinya 3,5 persen plus minus satu, yang berarti range target inflasinya 2,5 persen sampai 4,5 persen.

Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan (BI KPw) Bali, Causa Iman Karana mengatakan, target inflasi yang terlalu rendah juga tidak bagus karena untuk berinvestasi jadi tidak menarik dan capaian inflasi juga mendorong pertumbuhan ekonomi juga. “Tapi jika inflasi terlalu tinggi dikhawatirkan daya beli masyarakat juga terpengaruh. Sehingga kita targetkan 3,5 plus minus satu,” ungkapnya.

Baca juga:  Triwulan II 2024, Indeks Harga Properti Komersial di Bali Alami Pertumbuhan

Target inflasi ini lebih rendah dari tahun sebelumnya karena pemerintah optimis dengan kinerja pengendalian inflasi di masing-masing daerah yaitu Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang dinilai efektif. “Karena TPID juga sudah terbentuk lebih banyak di daerah. Masing-masing daerah kan sudah ada TPID juga. Kenapa ada TPID? Karena mayoritas pembentuk inflasi nasional itu kan dari daerah, makanya harus dikendalikan di daerah,” jelasnya.

Secara nasional jika dipetakan, Bali termasuk zona hijau. Artinya, capaian inflasinya terkendali. Sementara daerah lain ada yang zona merah dan orange.

Baca juga:  Dua Negara Sudah Pastikan Terlibat Pencarian KRI Nanggala-402

Terkadang suatu daerah mengalami kondisi force majeur yang menyebabkan inflasi tinggi. Seperti Manado dulu pernah banjir, di Jogjakarta gunung meletus sehingga mempengaruhi inflasi. Inflasi juga digunakan sebagai acuan untuk menaikkan gaji karyawan dan menentukan Upah Minimum Provinsi (UMP), termasuk anggaran.

Selain target inflasi yang diturunkan, Bali khususnya juga menghadapi tantangan berat. Yaitu luas tanam yang berkurang akan mempengaruhi inflasi. Karena dari sisi produksi tentu juga akan terpengaruh. Inflasi dari sisi volatile food dikhawatirkan kenaikan harga beras dan bawang.

Selain itu adanya peningkatan kunjungan wisatawan juga akan mempengaruhi permintaan akan bahan pangan, listrik dan BBM. Permintaan yang naik akan mempengaruhi supply sehingga harga pun menjadi naik. Tarif listrik juga diperkirakan akan naik serta faktor cuaca yang mempengaruhi produksi hasil pertanian.

Baca juga:  DPK Bali Tumbuh, Investasi Justru Turun

Adanya kunjungan wisatawan meski Bali sudah terbiasa menghadapinya yaitu ada makanan yang perlu disiapkan. Di sisi lain IMF WB yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Bali juga akan menyebabkan demand (permintaan) naik. “Memang tantangan cukup berat tahun 2018 ini. Tapi kita punya TPID yang sudah solid,” tandasnya.

Ketua TPID yang dijabat Wakil Gubernur nantinya akan dijabat oleh Gubernur. Hal itu sesuai arahan Presiden Jokowi. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *