Pekerja menumpuk stok beras Bulog di Gudang Bulog. (BP/dok)

TABANAN, BALIPOST.com – Memiliki luas baku tanam 21.452 hektar, tahun lalu Tabanan mengalami surplus beras sekitar 50 ton. Angka pastinya masih dikalkulasi oleh BPS. Pada 2016 pun, Tabanan surplus 76,991 ton.

Karena surplus beras ini, Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti merasa kurang setuju jika pemerintah melakukan impor beras. Ia mengatakan untuk menyerap hasil panen petani di Tabanan, beberapa program telah diluncurkan Pemkab Tabanan salah satunya adalah tunjangan beras yang diberikan untuk Pegawai Negeri Sipil (PSN).

Baca juga:  Pandemi Covid-19, Tabanan Makin Gencar Jalankan Program Kedaulatan Pangan

Langkah lain yang sedang dirintis adalah mendorong Bumda Tabanan dalam hal ini Perusahaan Daerah Dharma Santhika (PDDS) untuk melakukan MoU dengan 170 toko berjejaring untuk menjual produk utama PDDS yaitu beras khususnya.’ “Ini nanti didasari oleh Perbub dimana untuk syarat mutlak pendirian toko berjejaring di Tabanan, 30 persennya harus mengadopsi produk Bumda kita,” tegas Bupati Eka.

Mengenai naiknya harga beras medium, menurut Bupati Eka, Tabanan saat ini belum memasuki panen raya sehingga terjadi keterbatasan ketersediaan beras medium. Namun untuk mengatasi ini Tim Penanganan Inflasi Daerah (TPID) telah berencana melakukan operasi pasar.

Baca juga:  Realisasi Impor Beras Kurang 5 Persen Dari Kebutuhan Nasional

Bahkan bantuan sosial (bansos) pangan atau yang dulu dikenal sebaga beras sejahtera (rastra) sudah mulai didrop untuk mengendalikan harga beras medium di pasaran. Tidak hanya itu, kegiatan pasar murah digelar oleh PDDS Tabanan secara bergilir di setiap desa yang ada di Tabanan.

Mengenai stok beras Tabanan di Bulog sendiri masih ada sekitar 3.200 ton atau cukup untuk empat bulan ke depan. (Wira Sanjiwani/balipost)

Baca juga:  Prabowo Optimis RI Tidak Impor Beras Lagi di 2025
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *