DENPASAR, BALIPOST.com – Paiketan Krama Bali melalui Departemen Pemuda dan Kaderisasi menggelar Dharma Tula Yowana Bali 2018 dengan tema Yowana Bali Metangi “Saling Asah, Asih, lan Asuh” di Danes Art Veranda, Jalan Hayam Wuruk, Denpasar, Sabtu (20/1). Acara yang dikemas dengan diskusi santai ini menghadirkan generasi muda Bali antar organisasi Hindu, seperti DPP Peradah Bali, PD KMHDI Bali, FPMHD Unud, PMHD Unwar STIKI Indonesia, STP Nusa Dua, Stikom Bali, Gerakan Bhagawadgita Indonesia, Vivekananda Spirit Indonesia, Youth Sakki, Forum Komunikasi STT se-Badung, STT Banjar Sebudi Tanjung Bungkak.
Kegiatan ini bertujuan untuk sharing program dan menyamakan persepsi untuk memajukan dan menjaga keajegan Bali ke depannya. Ketua Umum Paiketan Krama Bali, Dr. Ir. AA. Putu Agung Suryawan Wiranatha, M.Sc., mengatakan kegiatan Dharma Tula Yowana 2018 merupakan kegiatan pertama sekaligus menjadi tonggak awal dari kegiatan yang akan dilakukan Paiketan Krama Bali di sepanjang tahun 2018 ini.
Sebab, yowana merupakan suatu organisasi yang di dalamnya bernaung para generasi muda Bali cerdas yang akan memimpin Bali ke depannya. Oleh karena itu, keberadaan Yowana harus terdeteksi dan terintegrasi menjadi satu kesatuan yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama, yaitu untuk mengajegkan adat istiadat dan budaya Bali ke depannya.
“Kenapa kami di Paiketan Krama Bali melibatkan dan memfasilitasi para yowana di dalam kegiatan kami ini? Sebab selama ini mungkin diantara para yowana ini belum terhubung satu sama lainnya, sehingga kami mejadi fasilitator untuk mendorong mereka menghadapi tantangan yang semakin berat di era seperti saat ini. Baik dari segi aspek sosial budaya, religi, agama, maupun di bidang ekonomi. Yang menjadi tulang punggung untuk menjaga Bali ke depannya adalah para yowana-yowana ini,” tandas Agung Suryawan, Sabtu (20/1).
Sementara itu, Ketua Departemen Pemuda dan Kaderisasi, I Made Dwija Suastana, SH.,MH., menjelaskan dipilihnya tema Yowana Bali Metangi “Saling Asah, Asih, lan Asuh”, pihaknya ingin mengajak seluruh generasi muda untuk bangkit, baik jiwa dan raganya untuk selalu menjalin hubungan yang harmonis diantara sesama maupuan antar organisasi. Sehingga, segala bentuk rintangan yang dihadapi dalam upaya untuk memajukan dan mengajegkan Bali bisa tercapai dengan semangat dan daya juang bersama-sama. “Yowana Bali secara fisik sudah bangun dan bangit, tetapi harus lebih dibangkitkan lagi jiwa raganya untuk membangun dirinya. Rasa saling asah, asih, dan asuh harus tetap dijaga dan dilaksanakan dalam pergaulan antarorganisasi,” ujar Dwija.
Selain itu, dalam berorganisasi, mendengarkan pendapat dan saling menghargai satu sama lain adalah salah satu cara yang untuk mencapai sinergisitas. Meskipun, pihaknya menyadari bahwa untuk bisa mensinergikan generasi muda antarorganisasi tidaklah mudah. Apalagi, generasi muda mempunyai jiwa, karakter, dan ego yang sangat tinggi.
Namun, dengan Dharma Tula pihaknya yakin bahwa perbedaan yang mereka miliki bisa disatukan untuk mengawal pembangunan Bali ke depannya. “Kita di Bali kaya akan seni dan budaya, tentu untuk mengajegkan ini (seni dan budaya, red), generasi mudalah yang menjadi tulang punggung ke depannya. Jadi segala potensi yang ada di masing-masing organisasi, baik terkait dengan seni budaya maupun kearifan lokal di Bali mari kita rawat dan lestarikan dengan baik dengan memperkuat peradaban yang saling bersinergi, sehingga nanti mereka, baik secara organisasi maupun individu lebih kuat, sehingga mereka bisa menjadi pemimpin-pemimin Bali ke depannya,” pungkasnya. (Winatha/balipost)