bawang merah
Tanaman bawang yang ditanam dengan organik pertanian organik. (BP/ina)

BANGLI, BALIPOST.com – Pengembangan bawang merah dengan sistem pertanian organik lebih menguntungkan dibanding dengan sistem pertanian non organik. Selain mampu menghemat biaya produksi, pengembangan bawang merah dengan pertanian organik juga mampu membuat harga jual menjadi lebih mahal.

Menurut Ketua Kelompok Tani Amerta Lestari di Banjar Yeh Mampeh Desa Batur Kintamani, I Wayan Badan, pengembangan bawang merah dengan sistem pertanian organik sudah dilakukan kelompoknya cukup lama. Hasilnya, lebih menguntungkan dibandingkan dengan sistem non organik.

Baca juga:  Harga Bawang Naik, Kemendag Pantau Harga di Sejumlah Pasar

Dari segi biaya produksi misalnya, pengembangan bawang merah termasuk komoditas pertanian lainnya dengan sistem organik, bisa lebih efisien dibanding non organik.

Dengan sistem organik, petani hanya membutuhkan pupuk alami yang berasal dari kotoran hewan maupun pupuk organik olahan.

Hasil produksi pun juga tidak jauh berbeda dengan menggunakan pupuk kimia, bahkan cenderung lebih banyak. Dia mencontohkan, jika menanam 100 kg bibit bawang merah dengan sistem organik, maka hasil panen yang didapat bisa mencapai 800 kg hingga 1 ton.

Baca juga:  Talibeng Dikembangkan Jadi Pusat Bawang Merah

Sementara menggunakan pupuk kimia, hasil yang didapat anatara 600-800 kg. “Kalau pakai organik, satu tahun bisa tanam 3 kali di lahan yang sama. Sementara kalau pakai pupuk kimia 2 kali saja susah,” ujarnya.

Bawang merah non organik biasanya laku dijual Rp 10 ribu per kilogram, sementara yang ditanam dengan sistem organik mampu laku Rp 15 per kilogram.

Dia mengatakan selama ini dari total 28 hektar lahan yang dikelola kelompok Tani Amerta Lestari, yang sudah diterapkan pertain organik hampir 11 hektar. Dari sistem pertanian yang diterapkan tersebut Kelompok Tani Amerta Lestari juga sudah sempat mendapat sertifikan organik. Hanya saja karena beberapa waktu lalu sempat dilanda musibah banjir bandang, saat ini petani di kelompoknya terpaksa menerapkan semi organik untuk sementara waktu.

Baca juga:  Ratusan KK Belum Tersentuh Program Bedah dan Rehab Rumah

“Untuk menghancurkan kayu-kayu yang terbawa banjir itu kalau tidak pakai urea lama hancurnya,” ujarnya.(dayu rina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *