AMLAPURA, BALIPOST.com – Drone AI 450 ER yang digunakan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk mengambil sampel gas kawah Gunung Agung hilang kendali saat menjalankan misinya Selasa (23/1). Pesawat tanpa awak milik Aeroterrascan Bandung itu dipastikan jatuh karena faktor cuaca buruk.
Drone ratusan juta rupiah itu hilang kontak ketika terbang di ketinggian 2.854 meter tepatnya 300 meter arah tenggara kawah Gunung Agung. Sebelumnya drone lepas landas dari Lapangan Umum Kecamatan Selat, sekitar pukul 10.24 untuk misi mengambil sampel multigas.
Penerbangan tersebut merupakan penerbangan kelima dalam empat hari terakhir setelah dua hari lalu sukses menjalankan misinya.
Seno Sahisnu dari Aeroterrascan mengatakan drone tersebut memiliki kemampuan terbang selama 30 menit, menyesuaikan kekuatan baterainya. Setelah lepas landas, drone sudah beberapa kali bermanuver di atas kawah. Namun ketika pilot mengirimkan sinyal perintah balik, pesawat mengalami gangguan.
Pesawat tiba-tiba turun hingga ketinggian 600 meter hanya dalam beberapa detik. Setelah itu pesawat hilang dari jangkauan sinyal remote control.
Kerugian terbesar dari kecelakaan drone tersebut bukan pada dronenya melainkan pada sensor multigas yang dibawa. Ugan Saing dari PVMBG mengatakan sensor mulitgas yang diterbangkan di atas kawah Gunung Agung merupakan barang langka.
Sensor yang mampu mendeteksi konsentrasi gas karbon dioksida (CO2), air (H2O) dan belerang (SO2) itu satu-satunya sensor milik PVMBG bantuan dari USGS Amerika Serikat. Selama belum ada sensor pengganti, misi pengambilan sampel gas ke atas kawah belum bisa dilakukan. ‘’Kita akan koordinasi lagi dengan pihak USGS Amerika agar bisa dibantu alat sejenis,’’ katanya.
Sementara itu pihak PVMBG menegaskan misi penerbangan drone sangat penting untuk analisis kondisi Gunung Agung. Karenanya masyarakat yang menemukan ataupun mengetahui posisi jatuhnya drone agar segera menginformasikan ke Pos Pasebaya di Desa Duda Timur, Kecamatan Selat. (kmb/balipost)