DENPASAR, BALIPOST.com – Penanganan gizi buruk di Asmat, Papua jangan hanya dilihat dari kesehatan. Sebab, gizi buruk di Asmat merupakan persoalan yang kompleks. Demikian dikemukakan Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek, usai meresmikan Fasilitas Produksi Rapid Test Kimia Farma, Rabu (24/1).
Ia mengatakan ada juga faktor lain, seperti ketahanan pangannya yang kurang. Di Asmat itu, lanjutnya, penduduk tinggal di atas rawa. Akses air bersih juga sulit, mereka menggunakan air hujan. “Ini kompleks. Karena pendidikan juga rendah, pengetahuan rendah, akhirnya tidak mengerti cara memberi makan anak-anaknya dan keluarganya. Kalau sudah gizi buruk, anak-anak akan rentan dengan penyakit,” bebernya.
Ia juga mengatakan lokasi permukiman warga jauh dari puskesmas. Transportasi juga sangat mahal untuk bisa mencapai puskesmas sehingga warga memilih tidak memanfaatkan layanan kesehatan. Petugas kesehatan juga tidak bisa menjangkau karena umumnya warga berpindah-pindah dan medannya sulit dijangkau.
Menkes mengatakan sudah dipanggil Presiden Joko Widodo terkait adanya keinginan relokasi warga di Papua. Ia mengutarakan hal itu sudah dibahas, termasuk membuat perkampungan yang dekat dengan lokasi itu.
Jadi anak dan istri tinggal di perkampungan sedangkan suami bekerja. “Karena selama ini mereka kan nomaden, hidup berpindah-pindah. Jadi kalau sang suami pindah kerja, mereka mengajak anak dan istrinya. Kalau ada perkampungan, anak dan istrinya bisa ditinggal di sana sedangkan suaminya pergi bekerja,” urainya. (Diah Dewi/balipost)