Menteri Kesehatan, Nila F. Moeloek didampingi Dirut Kimia Farma, Honesti Basyir, sebelum peresmian fasilitas produksi rapid test di Denpasar, Rabu (24/1). (BP/ist)

DENPASAR, BALIPOST.com – Fasilitas produksi rapid test Kimia Farma pada tahun pertama, menurut Direktur Utama Kimia Farma, Honesti Basyir, ditargetkan bisa menghasilkan pendapatan sekitar 50 hingga 100 miliar rupiah. “Kalau kita fully mulai 1 Januari tahun ini, mungkin sekitar 50 sampai 100 miliar,” katanya, Rabu (24/1).

Terkait investasi, ia mengatakan fasilitas yang terletak di Denpasar dengan luas lahan 375 meter persegi menghabiskan dana Rp 26 miliar. Jumlah itu sudah termasuk pembangunan gedung dan peralatan produksi.

Baca juga:  Berpenduduk Terbesar Keempat Dunia, Indonesia Harus Mampu Lindungi Pasar Domestik

Di fasilitas produksi itu, nantinya akan diproduksi massal 5 produk test kit. Kelima produk ini adalah kehamilan (hCG test), Hepatitis (HBsAg test), Sifilis, Malaria, dan Dengue (IgG/IgM test). Rencananya awal produksi akan dilakukan pada Februari. “Produksi akan dimulai Februari,” ujarnya.

Selain 5 produk tersebut, ia menjelaskan ada dua test kit yang sedang proses pengembangan. “HIV 1 dan 2 Test serta Drug Test; yang terdiri atas Morphine Test, Cocaine Test, Mariyuana Test, Amphetamine Test, Methamphetamine Test, Ecstasy Test, dan Benzodiazepine Test, sedang kami kembangkan,” paparnya.

Baca juga:  Tren Penggunaan Kosmetik dan Perawatan Jadi Bagian "Lifestyle"

Untuk segmen pasar, menurut Honesti, Kimia Farma akan menyasar pasar domestik. Pasar Pemerintah, misalnya dengan memenuhi kebutuhan Kementerian Kesehatan melalui P2PL dan swasta dengan memasok test kit untuk rumah sakit dan klinik.
(Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *