AMLAPURA, BALIPOST.com – Pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan aktivitas Gunung Agung mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan dengan kondisi pada November dan Desember 2017. Namun demikian aktivitas vulkanik masih tinggi yang dibuktikan dengan masih terjadinya erupsi.
Berdasarkan rilis Magma Var, Gunung Agung kembali erupsi Rabu (24/1) sekitar pukul 22.37 Wita. Gunung mengeluarkan letusan dengan ketinggian kolom abu 1.000 meter di atas puncak kawah. Asap berwarna kelabu condong ke arah timur laut.
Letusan berlangsung selama 98 detik dengan amplitudo 24 mm. Letusan disusul hembusan dengan durasi 40 sampai 70 detik dengan amplitudo 8 sampai 15 mm. Malam itu juga terjadi empat kali gempa vulkanik dalam dan juga satu kali gempa tektonik jauh.
Tremor menerus dengan amplitudo 2 sampai 4 mm dominan 2 mm. PVMBG masih merekomendasikan radius 6 km harus steril dari aktivitas manusia. Sepanjang Kamis (25/1), juga terjadi beberapa kali hembusan dengan amplitude 5 sampai 10 mm. Aktivitas vulkanik itu tidak terpantau dengan jelas karena sepanjang hari Gunung Agung diselimuti awan mendung.
Sementara itu Kabid Mitigas PVMBG, Gede Suantika, mengatakan belum lama ini, konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan belerang (SO2) mengalami penurunan secara signifikan. Pengukuran terakhir terhadap sampel gas yang diambil menggunakan drone Aeroterrascan, rasio atau perbandingan konsentrasi CO2/SO2 di Januari 2017 adalah 17/21.
Sedangkan pada November 3/4 dan Desember 80/800. Flux SO2 dalam satuan ton/hari menggunakan sistem DOAS atau penginderaan jarah jauh ke udara menunjukkan November 2000-5000, Desember 400-1000 dan Januari 100-500.
Berdasarkan data-data tersebut, Suantika mengatakan terjadi penurunan emisi gas magma atau penurunan volume magma yang keluar dari Gunung Agung. Dengan kata lain, data tersebut menunjukkan terjadinya penurunan aktivitas vulkanik Gunung Agung. (kmb/balipost)