PROGRAM bedah desa kembali digulirkan Pemkab Klungkung. Jumat (26/1) menyasar Desa Tegak, Kecamatan Klungkung. Di desa yang berpenduduk empat ribu jiwa lebih ini, Bupati I Nyoman Suwirta menyoroti kondisi lingkungan yang kumuh. Masyarakat pun diminta untuk secara bersama-sama melakukan penanganan.
Kedatangan orang nomor satu di bumi serombotan ini mulai pukul 07.00 Wita. Bersama rombongan, langsung meninjau situasi dan kondiisi desa dan masyarakat. Dalam perjalanan, ditemukan lingkungan yang masih terkesan kumuh. Tumpukan sampah di sejumlah lokasi tak terelakkan. “Yang paling menonjol terlihat adalah masalah sanitasi. Di got masih ada sampah,” ungkapnya.
Persoalan tersebut sudah langsung disampaikan ke Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Kawasan Permukiman (PU-PRKP). Diminta segera membuat perencanaan penanganan untuk menyukseskan program pemerintah pusat berupa nol persen kawasan kumuh yang harus terealisasi paling lambat 2019. “Kalau kebutuhan air sudah. Desa ini akan dijadikan percepatan pelaksanaan program nol persen kawasan kumuh,” katanya.
Disampaikan lebih lanjut, sesuai informasi dari Dinas PU-PRKP, Desa Tegak juga masuk kawasan yang sanitasinya tergolong rendah. Oleh sebab itu, ini akan terus mendapat perhatian untuk penanganan. Ia pun menegaskan, masyarakat juga harus turut ambil andil dalam menciptakan lingkungan nyaman. “Ini bukan semata-mata salah perbekel. Tetapi juga masyarakat. Sekarang harus bersama-sama melakukan pembenahan. Kalau konsepnya sudah ada, saya rasa tidak susah kok. Kalau lingkungan tidak diperhatikan, bisa memicu sarang penyakit,” tegasnya.
Pada kesempatan itu, bupati asal Nusa Ceningan, Kecamatan Nusa Penida ini juga menemukan warga yang ingin membuka usaha, namun terbelit permodalan. Ada pula yang sangat membutuhkan pekerjaan. “Yang seperti ini kita inventarsasi dulu sebelum melakukan langkah penanganan,” imbuhnya.
Perbekel Tegak, Ketut Sujana mengatakan sampah memang masih menjadi persoalan di wilayahnya. Bahkan tak dipungkiri memunculkan kesan kumuh. Pihaknya telah melakukan penanganan dengan mengangkut secara rutin ke TPA Belahpane, Gianyar. “Masyarakat tidak dipungut apa. Pengangkutan sampah pakai dana desa,” jelasnya.
Supaya penanganan bisa berlangsung secara berkelanjutan, desa juga merencanakan untuk pembangunan Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) dan pendirian Badan Usaha Desa (BUMDes) untuk pengelolaan. “Mudah-mudahan bisa segera terbangun,” harapnya.
Lingkungan yang demikian, sambungnya memang berpotensi berdampak pada kesehatan masyarakat. “Kami sudah sering sosialisasi ke masyarakat. Kami ingin semua sadar. Kebersihan lingkungan sangat penting. Kalau sekarang untungnya belum ada yang kena DBD,” pungkasnya. (Adv/balipost)