DENPASAR, BALIPOST.com – Kepastian realisasi dua titik shortcut di ruas jalan Mengwitani-Singaraja mulai dikejar kalangan DPRD Bali. Komisi III khususnya sampai melakukan konsultasi langsung ke Kementrian PUPR di Jakarta, Jumat (26/1).
Shortcut pertama yang akan dibangun di titik 5 dan 6 itu merupakan dua dari 10 shortcut untuk mempersingkat jarak tempuh dari Bali Selatan ke Bali Utara. “Dari 10 usulan DED (Detail Engineering Design) yang diajukan sebelumnya, pada tahun 2018 ini hanya dua titik yang akan dikerjakan yaitu di titik 5 dan 6. Pengerjaannya dijadikan satu,” ujar Ketua Komisi III DPRD Bali, I Nengah Tamba.
Menurut Tamba, shortcut ini dimulai dari Pura Yeh Ketipat sampai mushola di Wanagiri dengan panjang 1.800 meter. Pembangunan shortcut menggunakan kontrak design and build seperti di Underpass Tugu Ngurah Rai.
Dari hasil konsultasi, rupanya sempat ada perubahan DED dari sebelumnya yang direncanakan berbentuk fly over. Perubahan ini juga yang menyebabkan shortcut tidak bisa direalisasikan sebelum Pilkada Buleleng tahun lalu.
“Fly over memakan banyak anggaran dan dari segi keselamatan berbahaya karena berada di ketinggian 80 meter, lebih tinggi dari jembatan Bakung,” jelas Politisi Partai Demokrat ini.
Tamba menambahkan, proyek shortcut ini merupakan jalan baru. Akan ada dua jembatan yang dibangun dengan panjang 75 meter dan 200 meter berketinggian 25 meter.
Untuk jembatan dengan panjang 75 meter akan memakai bahan beton gilder, sedangkan satunya menggunakan baja. Anggaran proyek ini sudah masuk dalam DIPA Kementrian PUPR dengan nilai Rp 158,7 miliar di tahun 2018.
Proyek ini direncanakan menggunakan anggaran multiyears, sehingga akan dilanjutkan di 2019. “Proses sampai saat ini sudah dilakukan uji penyelidikan lahan dan ditarget Maret sudah rampung, lalu dilanjutkan proses lelang. Proses pembebasan lahan akan dilakukan oleh Pemkab Buleleng. Target April sudah mulai pengerjaan,” imbuhnya.
Tamba menekankan agar pengerjaan proyek dilakukan dengan sungguh-sungguh sehingga bisa selesai sesuai rencana dan tepat waktu. Selain itu, estetika Bali juga harus dikedepankan untuk memberi nilai tambah. Bila perlu, anggaran untuk shortcut ditambah sehingga nantinya bisa menjadi obyek wisata baru.
“Biar menjadi objek baru karena dia membelah bukit, ada sungai dengan dua jembatan itu akan menjadi indah. Jangan sampai buat jalan asal-asalan yang penting jadi jalan. Tapi buat yang indah,” tandasnya.
Anggota Komisi III DPRD Bali, I Kadek Nuartana mengatakan, keberadaan shortcut sangat penting untuk menciptakan pemerataan pembangunan antara Bali Utara dan Selatan. Buleleng khususnya minimal akan seperti Gianyar. Terlebih, bumi denbukit sejatinya sudah memiliki potensi pariwisata yang luar biasa.
“Kalau ada shortcut, jarak tempuh bisa 1,5 jam saja luar biasa karena Buleleng punya banyak potensi disitu. SDM bagus, hasil kebun bagus, alamnya juga bagus. Sekarang kalau mau kesana kan butuh waktu 2,5 sampai 3 jam,” tandasnya. (Rindra Devita/balipost)