Semangkuk nasi putih. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Orang asia, khususnya Indonesia pasti memilih nasi sebagai makanan pokok. Bahkan karena harga beras naik saja, tak cuma ibu rumah tangga yang dibuat pusing memikirkan naiknya anggaran belanja, pemerintah pun harus turun tangan melakukan operasi pasar hingga impor beras.

Namun, tak selamanya mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok itu bermanfaat bagi tubuh. Pernahkah Anda merasakan kantuk ketika usai mengonsumsi nasi yang berlebihan? Jika ya, Anda tidak sendirian karena konsumsi nasi memang bisa bikin ngantuk!

Dikutip dari klikdokter.com, nasi dan rasa mengantuk memiliki keterkaitan. Nasi merupakan hasil proses dari bulir padi yang merupakan bagian dari kelompok tanaman serealia. Seperti bahan makanan dari tanaman serealia lainnya, nasi juga kaya akan pati. Kebanyakan makanan yang mengandung pati, seperti nasi dan kentang, memiliki indeks glikemik yang tinggi. Lalu apa hubungan indeks glikemik yang tinggi terhadap rasa ngantuk?

Baca juga:  Amankah Mengonsumsi Tepung Tapioka? Baca Ini

Pati dalam nasi merupakan bentuk karbohidrat kompleks, yang oleh tubuh akan dicerna menjadi glukosa. Glukosa sendiri adalah bentukan gula yang merupakan sumber energi utama untuk kerja otot dan organ vital tubuh. Semakin cepat karbohidrat dalam suatu makanan dapat dicerna, semakin tinggi indeks glikemiknya karena semakin tinggi lonjakan kadar gula dalam darah yang ditimbulkan.

Proses pencernaan yang cepat ini memerlukan energi yang cukup banyak, sehingga tubuh akan memprioritaskan suplai energi pada fungsi pencernaan. Pergeseran prioritas pasokan energi ini akan mengurangi “jatah” fungsi tubuh lainnya, termasuk otak dan otot yang kemudian membuat Anda merasa lemas dan mengantuk.

Baca juga:  Naik Lagi, Tambahan Kasus COVID-19 Nasional Capai Empat Ratusan Orang

Menurut sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal The American Journal of Clinical Nutrition pada tahun 2007, indeks glikemik pada makanan dapat secara signifikan memengaruhi sleep onset latency (SOL), atau durasi dari terjaga hingga tertidur. Penelitian yang dilakukan pada 12 orang pria dewasa sehat ini menunjukkan bahwa makanan dengan indeks glikemik yang tinggi mampu memendekkan durasi SOL, dengan hasil terbaik didapatkan pada pemberian makanan 4 jam sebelum jam tidur.

Efek yang ditimbulkan oleh tingginya indeks glikemik ini diduga diakibatkan oleh meningkatkanya jumlah insulin dan asam amino triptofan (TRP) dalam darah. TRP ini akan masuk ke otak dan diubah menjadi serotonin, yang kemudian menjadi melatonin, yaitu hormon yang penting untuk fungsi tidur pada mamalia, termasuk manusia.

Baca juga:  Dari Pelaku Pariwisata Anggap Sia-sia hingga Kasus COVID-19 di Bali Meningkat

Meski rasa kantuk akibat indeks glikemik tinggi ini sering digambarkan sebagai dampak yang positif untuk kualitas tidur seseorang, tapi tak selamanya makanan berindeks glikemik tinggi baik untuk tubuh. Terutama bagi Anda yang memiliki gangguan kadar gula darah tinggi atau diabetes, terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung indeks glikemik tinggi dapat memperburuk kondisi kesehatan.

Jika Anda tidak ingin merasa ngantuk setelah makan siang di kantor, hindari makan dengan menu yang didominasi nasi. Ganti menu makanan dengan kombinasi protein dan sayuran agar energi tetap dapat terpenuhi. Anda pun akan merasa kenyang lebih lama. (Goes Arya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *