Garam. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Garam jika dikonsumsi dengan jumlah yang tepat akan membuat rasa masakan menjadi gurih. Itu sebabnya, sebagian orang sulit hidup dengan tidak mengonsumsi garam.

Namun, garam telah lama dianggap sebagai penyebab dari penyakit tekanan darah tinggi sehingga konsumsi juga harus dibatasi. Selain itu, penelitian terbaru menunjukan pola diet yang kandungan garamnya tinggi juga dapat membahayakan otak Anda.

Studi terbaru menunjukan hubungan antara diet dengan kandungan garam yang tinggi dengan ingatan dan masalah pemikiran yang diuji cobakan pada seekor tikus. Hasil yang didapat dari pemberian garam dengan kadar delapan sampai 16 kali jumlah normal dalam makanannya, menunjukkan mereka mengalami kesulitan dalam membedakan benda baru dan benda yang sudah tidak asing lagi.

Baca juga:  Libur Lebaran, Kebutuhan BBM Bali Diprediksi Naik Hingga 4 Persen

Semakin sulit bagi mereka untuk melewati labirin yang ada. Dan mereka juga tidak bisa membangun sarang. Perilaku ini sangat penting bagi interaksi tikus dengan hidupnya di dunia.

“Kami menerjemahkan tanda-tanda tersebut pada manusia untuk aktivitas kehidupan sehari-hari, dan itulah yang kita sebut sebagai gangguan kognitif atau demensia yang parah,” ungkap Costantino Iadecola, MD, seorang profesor neurologi dan ilmu saraf di Weill Cornell Medical College di New York City yang juga merupakan pemimpin dalam studi tersebut.

Baca juga:  Musim Hujan, Petani Hentikan Produksi Garam

Gangguan kognitif pada manusia seperti masalah ingatan, disorientasi, tidak bisa berpakaian sendiri, memasak, membayar tagihan, atau melakukan hal-hal lain dalam kehidupan sehari-hari.

Umumnya, ketika dokter mendiskusikan masalah asupan garam dan kesehatan kepada pasien, kebanyakan hanya berfokus pada tekanan darah tinggi, hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan stroke.

Jika Anda sudah terlanjur menyukai makanan asin, masih ada cara untuk menangani hal tersebut. Pada penelitian tersebut, saat tikus kembali ke pola makanan normal mereka, fungsi otak mereka pun kembali normal juga. Itu menunjukkan bahwa masalah yang disebabkan oleh asupan garam yang tinggi bisa diatasi dengan mengatur kadar asupan garam yang Anda konsumsi. Dan, tentu saja, masalah ini dapat dicegah dengan menghindari diet dengan kadar tinggi garam.

Baca juga:  Kabar Baik! Delapan Wilayah di Bali Nihil Tambahan Kasus COVID-19

“Kami tidak tahu apa yang akan terjadi jika Anda melakukan ini(mengkonsumsi garam dengan kadar yang tinggi) selama 10 tahun,” ucap Constantino, “Saran saya adalah karena aliran darah di otak akan berkurang dan menyebabkan pembuluh darah di otak tidak bekerja dengan benar, sesuatu yang besar akan terjadi jika Anda terus melakukan pola hidup seperti ini. Atur dan amati asupan Garam bisa menjadi langkah yang penting untuk mencegah demensia.” (Goes Arya/balipost)

 

Sumber : Tempo

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *