Manajemen PLN Jawa Bagian Timur dan Bali (JBTB) 2, yakni Manajer Unit Pelaksana (UPP) Ring JBTB 2, Indra Prayoga bersama Deputy Menajer Komunikasi PLN DI Bali, Manajer Komunikasi Hukum Administrasi PLN Dis Bali, Ferial dan Humas PLN Unit Pelaksana (UPP) Ring JBTB 2 I wayan Redika serta sejumlah rombongan yakni Deffy Sugiarto, Yudik Irwanto dan Dwi Nugroho berkunjung ke Kantor Redaksi Bali Post di Jalan Kepundung No 67 A Denpasar, Selasa (6/2). (BP/ Wan)

DENPASAR, BALIPOST.com – Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 KV dari Paiton, Jawa ke Antosari Bali harus segera dibangun. Karena dengan tingkat pertumbuhan konsumsi listrik di Bali 8 persen per tahun, diprediksi tahun 2020 akan mengalami krisis listrik. Sehingga SUTET 500 KV harus segera dibangun.

Manajer UPP ring JBTB II PLN Indrayoga Suharto mengatakan, secara normal, untuk membangun SUTET diperlukan waktu 4 tahun. Sehingga jika SUTET dibangun tahun 2018, maka akan selesai tahun 2022. Padahal PLN menargetkan SUTET 500KV sudah beroperasi tahun 2019. “Kalau ini disetujui, penlok keluar, maka kami akan melakukan konstruksinya disitu. Semakin cepat bisa membangun, semakin cepat juga bisa beroperasi,” ujarnya saat berkunjung ke Bali Post Selasa (6/2).

Baca juga:  Tingkatkan Pasokan Listrik di Bali, PLN Gali Potensi Surya dan Laut

Jika Jabali Crossing dengan SUTET tidak bisa dilakukan, pihaknya akan mencari alternatif lain, salah satunya dengan kabel laut. Hanya saja, dengan kabel laut, investasi yang dikeluarkan lebih mahal 3-4 kali lipat dari kabel udara. Selain itu, dengan kabel laut, kapasitas daya tampung listrik kecil yaitu 150KV. Saat ini PLN memiliki 4 kabel laut dengan aliran daya 320 MW.

Dengan penggunaan kabel laut juga akan memerlukan waktu sekitar 6 bulan untuk melakukan kajian kembali. Sementara Bali masih memiliki waktu sekitar 3 tahun untuk bersiap-siap mengantisipasi krisis listrik. “Tapi kalau memang harus merubah dengan kabel laut, tentu membutuhkan waktu lagi. Ada kemungkinan ini tidak bisa dibangun tahun 2018. Artinya target 2019 akan molor sampai tahun 2020 baru selesai,” pungkasnya.

Baca juga:  Dua Tahun Berturut, PLN Raih Penghargaan Debitur Terbaik dari Kemenkeu

Namun secara teknis diakui kajian dan pembangunan bisa dipercepat. Namun dengan konsekuensi biaya yang dikeluarkan juga menjadi lebih besar. Karena akan menambah tenaga kerja lebih banyak dan peralatan lebih banyak untuk membangun 514 tower dari Jawa ke Bali.

SUTET 500KV merupakan upaya PLN dalam mengatasi kondisi kelistrikan di Bali. “Kami harus menyediakan cadangan listrik dengan melihat juga visi misi pemerintah daerah dan kearifan lokal,” ujarnya.

Tahun 2016, Gubernur Bali telah mencanangkan clean and green province. Maka dari itu PLN berupaya mencari cara yang sesuai dengan visi misi tersebut. Salah satu cara yang dipilih adalah SUTET.

Baca juga:  Capai Target Netral Karbon, SPBKLU di Jawa-Bali Ditambah

SUTET dipilih karena kapasitas penyalurannya besar yaitu 2.800MW. Aliran ini bisa mengcover kebutuhan listrik Bali. “Ketika kapasitas yang dibangun skala kecil, maka penyaluran listrik akan kurang. Karena yang diperlukan adalah keberlangsungan listrik untuk 10-15 tahun ke depan,” pungkasnya.

Aliran listrik yang besar tersebut didatangkan dari Jawa menuju ke Antosari. Karena Antosari, Tabnan merupakan pusat beban listrik di Bali Selatan. “Kami harus bangun gardu mendekati pusat beban tersebut untuk mengurangi rugi daya selama perjalanan dari Jawa ke Bali. Dari Antosari, listrik akan dialirkan ke Bali selatan, utara dan timur,” bebernya.(citta maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *