Beberapa pedagang daging babi tengah menunggu pembeli di Pasar Badung di eks Tiara Grosir, Denpasar. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali mengalami kelebihan suplai daging babi dan sapi. Di sisi lain, pelaku hotel, restoran, dan katering (Horeka) justru mengimpor daging.

Kepala Bidang Perbibitan dan Produksi Ternak Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Provinsi Bali drh. IKG Nata Kesuma, MMA mengatakan, Bali kelebihan daging. Sehingga Bali telah mampu menyupplai kebutuhan daging nasional.

Ia mengatakan di Bali sendiri, kelebihan suplai ini tidak diiringi demand (permintaan) yang tinggi. Padahal Bali memiliki banyak horeka yang seharusnya bisa menyerap daging sapi dan babi lokal.

Baca juga:  Kelanjutan Reklamasi Bandara, AP1 Akan Gelar FGD dengan Desa Penyangga

Tapi nyatanya konsumsi daging lokal tidak banyak terserap horeka. “Kita kelebihan, tapi kita kemasukan daging untuk pariwisata. Mereka (horeka, red) kebanyakan mengambil dari eks-impor. Eks-impor itu, impornya di Jakarta, dari Jakarta dibawa kesini untuk konsumsi pariwisata,” bebernya.

Penyerapan daging lokal yang tidak maksimal dikarenakan Bali belum mampu menyiapkan kebutuhan daging berkualitas sesuai kebutuhan horeka. Untuk itu, pemerintah provinsi telah mengatur dengan dibuatkannya Perda 10 tahun 2017.

Dalam perda disebutkan horeka wajib menyerap produk daging sapi dan babi lokal. Terkait jumlah serapannya, diatur dalam peraturan gubernur (Pergub). “Saat ini pergub sedang diproses di Biro Hukum,” tandasnya.

Baca juga:  Empat Warga Keturunan Jepang Jalani Pengujian Jadi WNI

Sebelum Pergub terbit, pihaknya telah melakukan edukasi dan sosialisasi. Selain itu juga telah dilakukan uji coba. Uji coba dilakukan dalam hal pemeliharaan baik pakan maupun kandangnya, serta pengolahan dagingnya. Uji coba dilakukan pada demplot-demplot. Hasilnya dikatakan telah mendekati dengan kebutuhan hotel. Jika pergub dan kajian telah dilakukan, ia yakin peternak akan mengikuti pola produksi daging itu.

Sebelumnya, Ketua Indonesian Chef Association (ICA) Bali, I Gede Putu Hendra Mahena mengatakan, banyak pekerja hotel dan restautan memiliki keberpihakan pada produk lokal. Khususnya penggunaan daging lokal dalam masakannya. ICA telah menggunakan 60 persen produk lokal dalam masakannya, misalnya daging.

Baca juga:  Dirujuk ke RS Karena Cidera Kepala Berat, Ternyata Terkonfirmasi Positif COVID-19

Karena di Bali kini telah ada perusahaan yang melakukan aging process pada daging, sebelum dimasak. Dengan aging process, akan memudahkan chef memasak. Selain itu kualitas daging lokal juga akan lebih baik dan enak. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *