Ilustrasi. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kabar gembira untuk warga Bali karena sebentar lagi segera memiliki rumah sakit khusus pengobatan kanker. Dinas Kesehatan Provinsi Bali menargetkan rumah sakit dengan layanan kanker terpadu dan modern milik pemprov setempat dapat dimulai pembangunannya pada April 2018. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr Ketut Suarjaya (7/2)

RS yang berlokasi di kawasan wisata Sanur itu digadang-gadang dapat memberikan layanan radiodiagnostik, radioterapi, dan kedokteran nuklir. “Oleh karena itu, kami juga minta pendampingan dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten),” kata Suarjaya.

Baca juga:  Jembrana Resmikan Sentra Pengolahan Beras Terpadu

Menurut Suarjaya, pembangunan RS yang berlokasi satu areal dengan Rumah Sakit Bali Mandara (RSBM) itu tergantung selesainya tender. Saat ini masih sedang dilakukan proses penyiapan administrasi tender, sementara untuk penunjukan pejabat pengadaannya sudah dirampungkan. “Mudah-mudahan awal Februari mulai ditenderkan, dalam tiga bulan sudah bisa pemenang, sehingga April bisa dibangun karena anggarannya sudah siap,” kata Suarjaya.

Suarjaya mengemukakan, Pemprov Bali mengalokasikan anggaran sebesar Rp55 miliar untuk pembangunan fisik rumah sakit, sedangkan alat kesehatannya dialokasikan sekitar Rp80 miliar.

Baca juga:  Pemprov Bali Hadir Serahkan Bantuan Rumah Sejahtera Terpadu Kepada Warga Desa Tukad Sumaga

Sementara untuk penyediaan alat kesehatan, pihaknya masih sedang membanding-bandingkan keunggulan dan kekurangan dari alat kesehatan yang ditawarkan penyedia dari Amerika Serikat dan Inggris.

“Tentu saja, kami juga mendengar pendapat dari para pakar atau ‘user’. Yang mana memang paling baik dan bisa dipakai di sini, karena harus menyatu juga dengan bangunannya. Intinya kami mencari yang terbaik dan nyaman untuk digunakan,” ujar Suarjaya.

Baca juga:  Alien Child Produksi Album "Euphoria"

Pihaknya berkomitmen untuk SDM yang akan bekerja di RS kanker tersebut semuanya tenaga lokal Indonesia. Jikapun nanti ada tenaga asing, bukan untuk bekerja, melainkan akan memberikan masukan dan pendampingan.

“Seperti halnya sejumlah pakar dari Royal Darwin Hospital, Australia yang sudah melakukan pendampingan karena mereka berpengalaman soal kanker. Pendampingannya pun tidak bayar karena atas biaya mereka sendiri. Kami sangat salut dengan komitmennya, mereka siap mendampingi sampai layanan kanker ini siap beroperasi,” ucapnya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *