SINGARAJA, BALIPOST.com – Sekitar 1.200 jiwa warga Karangasem yang mengungsi di Desa Tembok dan Desa Les, Kecamatan Tejakula sekarang mulai bersiap untuk pulang kampung. Ini menyusul keputusan pemerintah yang menurunkan status Gunung Agung dari level IV (Awas) menjadi level III (Siaga).
Ribuan pengungsi yang sebagian besar dari Desa Ban ini dipastikan kembali ke desa asal mereka. Sementara itu, sebagian kecil pengungsi dari Desa Pucang dan Dukuh bisa saja akan bertahan di tempat pengungsian. Ini karena jarak dari Gunung Agung sampai di dua desa itu sejauh empat kilometer, sehingga masuk radius berbahaya dampak erupsi Gunung Agung.
Menyusul keputusan penurunan status Gunung Agung itu, Kepala Satuan Tugas (Kasatgas) Penanggulangan Pengungsi Gunung Agung di Kabupaten Buleleng Made Arya Sukerta, SH. Sabtu (10/2) siang telah berkoordinasi dengan instansi terkait hingga dengan jajaran pemerintah di Karangasem.
Selain itu, aparat desa yang menampung pengungsi juga diinstruksikan untuk segara menginformasikan penurunan status Gunung Agung dan sekaligus menyarankan agar pengungsi berkemas kembali ke tanah kelahirannya. Kendati sudah diizinkan meninggalkan tempat pengungsian, namun sampai sekarang satgas belum menerima data pengungsi yang kembali ke desanya.
Menurut Arya Sukerta, pemerintah daerah bersama instansi terkait seperti Dinsos, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Tim SAR Pos Buleleng tetap akan memfasilitasi kalau ada pengungsi yang kembali ke kampung halaman mereka dengan rombongan banyak orang. Armada truk BPBD dan SAR sudah disiapkan dan tinggal menunggu kalau ada permintaan dari pengungsi.
Namun demikian, karena hampir sebagian besar pengungsi membawa sepeda mtor atau kendaraan roda empat, maka dipastikan mereka kembali ke desanya dengan angkutan pribadi. “Armada kendaraan tetap kita siapkan dan kalau memang pengungsi pulang dalam rombongan banyak, maka kami tetap akan fasilitasi,” jelasnya.
Di sisi lain Sukerta mengatakan, dari jumlah pengungsi tercatat 1.200 jiwa, diperkirakan akan tetap ada pengungsi lokasi pengungsian. Pengungsi itu seperti yang dari Desa Dukuh dan Desa Pucang karena dua desa itu lokasinya masuk dalam radius berbahaya yakni berjarak empat kilometer dari kawah Gunung Agung. “Mungkin mereka itu (pengungsi dari Dukuh dan Pucang-red) saja yang kemungkinan akan tetap bertahan dan menunggu instruksi pemerintah lebih lanjut,” tegasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, gelombang pengungsi Gunung Agung ke Buleleng mulai September 2017 yang lalu. Sejak erupsi Gunung Agung jumlah pengungsi berfluktuatif dan bahkan sempat mencapai angka puluhan ribu jiwa.
Pengungsi ini sebagian besar ditampung di Kecamatan Tejakula, Kubutambahan, Sawan, Sukasada, Buleleng, dan Kecamatan Gerokgak. Perkembangan stastus Gunung Agung yang berangsur-angsur turun, menyebabkan pengungsi memilih kembali ke Karangasem. (Mudiarta/balipost)