AMLAPURA, BALIPOST.com – Pascastatus aktivitas Gunung Agung diturunkan dari awas menjadi siaga, Sabtu (10/2) pagi, para pengungsi masih bingung untuk pulang. Mereka tak mau pulang, tanpa ada pemberitahuan resmi dari desa tempat mereka mengungsi.

Selain itu, pengungsi juga masih kepikiran apa yang harus dikerjakan setelah pulang. Kemudian, bagaimana memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah, setelah tak lagi ditanggung logistik oleh pemerintah.

Seperti penuturan para pengungsi di Banjar Tengah, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, mereka mengaku sudah mengetahui adanya penurunan status ini. Tetapi, belajar dari pengalaman sebelumnya, mereka tak mau langsung ramai-ramai pulang.

Koordinator pengungsi di Banjar Tengah Nengah Kariada, mengatakan pengungsi tak mau mengambil risiko, bertindak tanpa ada arahan pemerintah. “Kami dengar penurunan status dari sesama pengungsi. Tetapi, kapan akan diperbolehkan pulang, belum dapat pemberitahuan lebih lanjut,” katanya.

Baca juga:  Cerita Para Relawan : Tinggalkan Pekerjaan Untuk Bantu Pengungsi

Pengungsi di Banjar Dinas Tengah, berasal dari warga Banjar Dinas Kubu Pangi, Desa Jungutan. Wilayah mereka berada di radius 4 km – 6 km.

Total pengungsi, ada sebanyak 28 KK dengan jumlah 103 orang. Mereka sudah mengungsi sejak tiga bulan lalu. Mereka khawatir, kalau pulang sendiri-sendiri, tanpa mengikuti arahan aparat desa, akan menimbulkan ketersinggungan dari aparat desa yang selama ini mengurus kebutuhan logistik mereka.

Pengungsi lainnya Ketut Sumiasih, mengaku juga tak berani langsung pulang. Barang-barang perlengkapan mengungsi pun sama sekali belum dibereskan.

Selain menunggu kepastian kapan akan dipulangkan, pengungsi juga masih kebingungan mengerjakan apa sampai di rumah maupun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari nanti di rumah. Jika sudah dipulangkan nanti, pihaknya berharap bisa tetap mendapatkan logistik selama berada di rumah, selama seminggu sampai dua minggu.

Baca juga:  Volume Magma di Permukaan Kawah Gunung Agung Makin Signifikan

Sambil menyesuaikan diri lagi dengan situasi yang baru. “Saat pulang, persediaan makanan kami paling cukup untuk tiga hari. Setelahnya tergantung masing-masing pribadinya. Sebab, setelah pulang tak akan mendapat logistik lagi,” katanya.

Para pengungsi dari Kubu Pangi ini, mayoritas mengaku akan kembali ke aktivitas lama, bertani dan mengelola kebun salak. Sebelumnya, setelah hujan abu, hasil panennya semuanya hancur. Padahal, sudah mau panen raya.

Baca juga:  Tiga Zona Sumbang Tambahan Kasus dan Pasien Sembuh Terbanyak

Perbekel Sibetan Nengah Kompyang Suarjana, mengatakan pihaknya sifatnya hanya tinggal menunggu instruksi lebih lanjut dari pemerintah daerah. “Jika sudah ada instruksi memulangkan, kami tinggal sampaikan kepada para pengungsi,” katanya.

Tetapi menurutnya, setelah radius berbahaya turun, perlu dilakukan pemetaan lebih lanjut. Wilayah mana yang masuk radius berbahaya dan yang aman, dari radius berbahaya saat ini 4 km.

Kalau sudah bisa dipastikan, maka menurutnya akan lebih mudah memastikan, mana titik pengungsi yang bisa diminta pulang atau mana yang bisa harus bertahan. Di Desa Sibetan, terdapat tiga titik pengungsian. Selain di Banjar Tengah, juga ada di Banjar Dukuh dan Banjar Kreteg. Total jumlah pengungsi mencapai 1.300 orang.(Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *