BANGLI, BALIPOST.com – Pascaditurunkannya status Gunung Agung dari level IV (Awas) ke level III (Siaga) oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Sabtu (10/2), puluhan pengungsi dari Banjar Bonyoh, Desa Ban, Kubu, Karangasem yang menempati posko pengungsian Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kayuambua, Susut telah pulang, Minggu (11/2). Sementara, pengungsi yang menempati Posko Induk TK/SD International, Kelurahan Kubu untuk sementara ini masih memilih tetap bertahan di pengungsian.
Komandan Posko Letkol Cpn. Andy Pranoto mengungkapkan, warga yang pulang berjumlah 44 jiwa dari 13 Kepala Keluarga (KK). “Semua pengungsi yang pulang asal Banjar Bonyoh, Desa Ban, Kubu. Semua barang-barang yang dibawa menggunakan mobil angkutan pribadi. Untuk menaikkan barang-barang pengungsi dibantu sejumlah petugas pokso dan TNI,” ungkapnya.
Salah seorang petugas Posko Pengungsi Kubu, AA Gede Rai Sutresna mengatakan, pihaknya memang sudah memberikan informasi kepada semua pengungsi kalau status Gunung Agung sudah turun dari awas ke siaga termasuk radius bahayanya juga dipersempit dari 6 km menjadi 4 km. Meski begitu, sampai saat ini pihaknya belum menerima adanya pengungsi yang akan pulang kampung halaman mereka masing-masing. “Pengungsi belum ada yang menyampaikan akan pulang kampung. Sejauh ini meraka masih tetap bertahan di pengungsian ini,” katanya.
Meskipun pengungsi sudah diperbolehkan pulang, kata Sutresna, pihaknya tidak memaksa pengungsi agar pulang semua. Diakuinya, sebagian besar pengungsi masih memilih bertahan di pengungsian karena merasa masih was-was dengan kondisi sekarang ini. Apalagi, berdasarkan pengalaman sebelumnya, saat mereka diperbolehkan pulang dan sudah di rumah, Gunung Agung kembali erupsi sehingga mereka harus kembali mengungsi.
Pengungsi asal Banjar Besakih Kawan I Ketut Dadi, mengungkapkan, kalau dirinya masih merembungkan dengan keluarga dan kerabatnya apakah akan pulang atau masih mengungsi. Kata dia, sebelum pulang kampung, dirinya bakal mengecek rumah dan situasi di kampungnya seperti apa.
Pengungsi lain Mangku Rapi asal Banjar Angsoka, Desa Besakih mengatakan, dirinya masih tetap bertahan di pengungsian meskipun jarak rumahnya berada di radius sekitar 5,5 km dari puncak. Pasalnya, akses jalan menuju rumahnya putus sejak beberapa bulan lalu akibat dibabat lahar hujan. “Inilah yang saya takutkan. Kalau ada yang menjamin keselamatan saya dan warga lainnya, saya mau pulang. Karena saya takut kejadian sebelumnya terulang kembali,” katanya. (Eka Parananda/balipost)