Kendaraan melintas saat banjir melanda di kawasan Legian, Badung. (BP/dok)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Banjir yang melanda wilayah Kabupaten Badung akhir-akhir ini cukup parah. Untuk mengatasi persoalan yang terjadi tiap musim hujan itu, Badung melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) mencanangkan program sejuta biopori.

Kadis LHK Badung, Putu Eka Merthawan, mengatakan program sejuta biopori ditargetkan terealisasi 2021. Saat ini biopori yang telah dibuat mencapai 1.250 unit. Sedangkan, di tahun 2018 ini akan di buat 1.250 unit biopori di lahan-lahan terbangun milik Pemkab Badung. “Lubang biopori baru menyasar ruang publik atau semacam taman milik pemkab Badung,” ujar Eka Merthawan, Minggu (11/2).

Baca juga:  Banjir Terjang Pelinggih Pura Beji Batu Campuhan Desa Bengkel

Mantan Kabag Humas Badung ini, mengakui Badung telah memilik Perbup tentang Lubang Resapan Biopori dari tahun 2010. Karena itu, pihaknya akan mewajibkan untuk membuat lubang resapan biopori. “Jadi di tahun 2018 mereka wajib membuat lubang resapan biopori,” terangnya.

Disebutkan, untuk kalangan pariwisata, seperti hotel, villa, restoran dan akomodasi lainnya pembuatan biopori akan ditargetkan di 2019. Sedangkan, tahun 2020 itu menyasar perumahan. “Tahun 2019 seluruh hotel, villa, restoran dan akomodasi wisata lainnya di Badung wajib membuat biopori,” tegasnya.

Baca juga:  Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Jembatan Tukad Bangkung, Trika Sempat Lakukan Ini

Ditambahkan, pihaknya telah membuat pilot projet di sebuah perumahan di Kuta Selatan yang rawan banjir dibuatkan lubang resapan biopori. Sehingga, tahun 2021 Badung terwujud sejuta biopori. “Progrsm ini nantinya bisa menanggulangi banjir maupun genangan air, sehingga tidak sampah saja nanti dijadikan kambing hitam. Sebab, setiap musim hujan, kerap terjadi banjir,” ujarnya.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat, nominal kerugian disebabkan akibat bencana alam sejak awal 2018 mencapai Rp 3.223.000.000. Kerugian ini diakibatkan bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang yang keseluruhanya mencapai 62 titik kejadian.

Baca juga:  Central Park Unud Jadi "Paru-paru" Kampus dan Pusat Edukasi Lingkungan

Bencana paling banyak pohon tumbang, yakni mencapai 17 kejadian, disusul banjir sebanyak 10 titik, tanah longsor 15 titik, kebakaran 9 titik, senderan jebol 5 titik, dan tembok rumah longsor 3 titik. Selain itu juga pelinggih roboh, jalan jebol, dan jalan rusak masing-masing 1 titik. (Parwata/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *