Sejumlah pengungsi menaiki angkutan yang disediakan untuk pulang pascapenurunan status Gunung Agung. (BP/ist)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Pengungsi asal Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem mulai meninggalkan posko pengungsian di Desa Tejakula, Kecamatan Tejakula, Minggu (11/2). Mereka pulang karena pemerintah resmi menurunkan status Gunung Agung dari level IV (Awas) menjadi level III (Siaga).

Pantauan di areal Kantor Perbekel Desa Tejakula, Minggu (11/2), tampak puluhan pengungsi warga Dusun Pucang, Desa Ban mengemas barang bawaannya ke atas truk pengangkut yang disediakan Dinas Sosial (Dinsos). Merka harus berdesak-desakan di truk pengangkut bersama barang bawaannya menuju kampung halaman.

Sekitar 16 kepala keluarga (KK) sebelumnya menempati aula Kantor Perbekel Desa Tejakula meninggalkan pos pengungsian setelah lima bulan bertahan sejak status awas Gunung Agung September 2017 yang lalu. Seorang pengungsi dari Dusun Pucang, Desa Ban, Wayan Asin mengaku senang bisa pulang setelah 5 bulan meninggalkan kampung kelahirannya. Selain membawa barang rumah tangga, dia juga mendapat bantuan beras untuk persiapan beberapa hari setelah kembali di rumahnya di Desa Ban.

Baca juga:  Kesepakatan Baru WWF ke-10 di Bali, Pengelolaan Wilayah Sungai Dukung SDGs

Berbeda dialami oleh pengungsi yang ditampung di Dusun Benben, Desa Sambirenteng, Kecamatan Tejakula. 10 KK pengungsi asal Dusun Belong, Desa Ban masih bertahan di pos pengungsian. Sebenarnya, mereka juga ingin pulang, tetapi karena terkendala transportasi untuk mengangkut hewan ternaknya, pengungsi menunda untuk kembali ke tanah kelahirannya.

Kadek Simpen asal Dusun Belong mengaku, dirinya tidak memiliki biaya untuk mengangkut hewan ternak sapi dan babi dari lokasi pengungsian. Apalagi, selama mengungsi, dia dan pengungsi lainnya tidak bekerja, sehingga dana untuk pulang kampung pun tidak mencukupi.

Baca juga:  Hasil Sidak, Kafe Remang-remang Tak Ada Kantongi Izin

Atas kondisi ini, dia memilih pasrah dan berharap ada bantuan pemerintah untuk mengangkut hewan ternaknya. “Maunya pulang ke desa, tapi hewan ternaknya belum bisa diangkut. Kami tidak memiliki biaya untuk mengangktu kembali. Kalau sewa truk sendiri ya biayanya tidak cukup,” katanya.

Dikonfirmasi terpisah Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng Made Subur mengatakan, pemerintah siap memfasilitasi kendaraan untuk pengungsi yang akan pulang. Dia sudah koordinasi dengan berbagai pihak seperti DKP, Basarnas dan sejumlah pengusaha mobil agar membantu pemulangan pengungsi.

Baca juga:  Desa Adat Tianyar Gelar Upacara Peneduh Jagat

Setelah pemulangan pengungsi dari zona aman itu, Subur memperkirakan ada sekitar 200 jiwa pengungsi yang tetap bertahan di pengungsian. Ini karena tempat tinggal mereka berada di radius empat kilometer yang masuk masuk zona bahaya terdampak erupsi Gunung Agung. “Yang dipulangkan hanya pengungsi yang berada di luar radius empat kilometer, target kami dalam lima hari proses pemulangan pengungsi bisa selesai,” jelasnya.

Terkait angkutan ternak, pejabat asal Desa Banyuasti, Kecamatan Banjar ini mengaku telah berkoordinasi ke Pemprov Bali, agar segera dicarikan solusi. “Nanti pengangkutan ternak akan ditangani oleh Dinas Peternakan (Disnak) Provinsi Bali, dan pengungsi tidak perlu hawatir,” tegasnya. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *