Perbekel Sebudi, I Komang Tinggal menemui warganya yang mengungsi di GOR Swecapura, Desa Gelgel, Senin (12/2). (BP/sos)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Pascastatus Gunung Agung turun dari awas ke siaga, tak seluruh pengungsi di Kabupaten Klungkung bisa langsung kembali ke kampung halaman. Puluhan Kepala Keluarga (KK) asal Desa Pakraman Bukit Galah, Dusun Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat harus tetap mengungsi di wilayah Karangasem.

Perbekel Sebudi, I Komang Tinggal saat menemui warganya yang mengungsi di GOR Swecapura, Desa Gelgel, Senin (12/2) mengungkapkan saat status gunung tertinggi di Bali itu awas, seluruh warganya yang tiinggal di sepuluh banjar mengungsi ke sejumlah daerah. Namun, sejalan dengan status gunung turun menjadi siaga, Sabtu (10/2) lalu dan sesuai hasil rapat bersama pemkab Karangasem, Minggu (12/2), warga diimbau untuk pulang. Hanya yang bisa melakukan itu baru sembilan banjar.

Baca juga:  Perbaikan Jalan Cebok- Kedisan, Tunggu Petunjuk Pj Bupati

Sementara untuk yang berasal dari Dusun Sogra sebanyak 134 KK, yang 38 KK diantaranya mengungsi ke GOR Swecapura, harus kembali mengungsi di Banjar Tegeh, Desa Amertha Buana. “Yang mengungsi di GOR, hari ini pasti kembali ke Karangasem. Itu berasal dari Desa Pakraman Bukit Galah, Dusun Sogra. Tetapi tidak bisa langsung pulang. Harus tetap mengungsi di desa terdekat,” jelasnya.

Hal tersebut disebabkan wilayah permukimannya terisolasi. Seluruh jalan yang sebelumnya menjadi akses, yakni dari wilayah Desa Pakaraman Sebun, Dusun/Desa Sebudi putus sepanjang 15 meter dan dalamnya sekitar 16 meter.

Baca juga:  Tiga Atlet Atletik Bali Huni Pelatnas

Hal serupa juga terjadi dari Dusun Yeh Kori, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem. Perbaikannya telah diusulkan ke Pemkab Karangasem. “Akses putus total. Tetapi dengan mengungsi di desa terdekat, distribusi bisa lebih mudah,” terangnya.

Pascaerupsi gunung tertinggi di Bali itu, sebagian besar kehidupan warganya tergolong sulit. Lahan pertaniannya rusak akibat terpapar abu vulkanik maupun diterjang lahar hujan. Demikian pula sektor peternakan sudah “mati”.

Guna membangkitkan itu, pemerintah diharapkan bisa memberkan bantuan. “Yang terpenting itu bantuan jangka pendek. Bisa berupa logistik. Untuk jangka panjang, bibit pertanian maupun ternak juga sangat diperlukan,” sebut Tunggal.

Baca juga:  Suhu Udara Makin Panas Bukan Akibat Heatwave, BMKG Sebut Ini Penyebabnya

Disampaikan lebih lanjut, bencana alam itu juga telah menghilangkan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat. Hal tersebut menggiring puluhan KK untuk merencanakan transmigrasi ke Sulawesi Tengah. “Yang ingin ke sana 29 KK. Sudah disampaikan ke pemkab. Tapi kami tegaskan, desa tidak pernah meminta untuk melakukan itu,” tegasnya.

Kepulangan warga berbagai usia itu difasilitasi dua unit bus dan satu truk oleh Badan Penanggulangan Bencana Derah (BPBD) Klungkung. (Sosiawan/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *