DENPASAR, BALIPOST.com – Ancaman yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia saat ini sudah berubah, dari ancaman kekerasan bersenjata menjadi ancaman yang tidak terlihat yang bertujuan untuk melemahkan pertahanan negara secara multidimensi. Sedangkan arus globalisasi membawa banyak peluang bagi kemajuan bangsa.
Namun di sisi lain, karakter dan jati diri bangsa ini bisa tergerus kalau tidak siap menghadapi perubahan yang sangat cepat. Hal ini memicu Beberapa permasalahan pertahanan negara, seperti disintegrasi bangsa, menurunnya nasionalisme, berkurangnya semangat Kebinekaan dan rasa cinta tanah air.
Demikian sambutan Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI Mayor Jenderal TNI M. Thamrin Marzuki, yang dibacakan oleh Direktur Komponen Cadangan Ditjen Polthan Kemhan Brigjen TNI Iskandar M. Munir, dalam acara sosialisasi tentang pengelolaan sumber daya nasional untuk pertahanan negara di lingkungan PNS, TNI dan BUMN di aula Makodim 1611/Badung, Denpasar, Rabu (14/2).
Kemenhan, lanjut Brigjen Iskandar, saat ini melaksanakan sosialisasi secara kontinyu dan berkesinambungan, diantaranya sosialisasi tentang pengelolaan sumber daya nasional untuk pertahanan negara dengan organisasi masyarakat hampir di seluruh provinsi yang ada di NKRI. Termasuk forum di seluruh kodam, lingkungan akademisi, PNS TNI dan PNS Pemda, pegawai swasta dan BUMN.
Undang-undang No.3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara telah mengatur bahwa usaha mempertahankan kedaulatan negara keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa dilaksanakan sistem pertahanan negara yang bersifat semesta dan melibatkan seluruh warga negara serta sumber daya nasional lainnya.
“Sistem pertahanan semesta dalam menghadapi ancaman, TNI sebagai komponen utama dibantu oleh komponen cadangan dan komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi. Tujuannya untuk memperbesar dan memperkuat kekuatan serta kemampuan. Sedangkan komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama serta komponen cadangan,” ungkapnya.
Faktor yang sangat krusial saat ini adalah pemanfaatan kemajuan teknologi transformasi informasi dengan penyebaran berita hoax dan yang meresahkan masyarakat, adu domba, pembunuhan karakter serta penyebaran pamflet yang tidak sesuai dengan karakter bangsa.
“Tidak heran isu-isu degradasi wawasan kebangsaan yang kita saksikan bersama akhir-akhir ini adalah hasil serangan serangan asa hasil dari serangan-serangan yang bertujuan untuk melemahkan kemampuan SDM yang kita miliki. kita harus akui, pemahaman sebagian besar masyarakat, khususnya generasi muda terhadap konsensus bangsa yang diamanatkan oleh pendiri bangsa kita sekarang ini cukup memprihatinkan dan perlu ditingkatkan jiwa nasionalnya,” tegas Iskandar.
Oleh karena itu, pertahanan negara membutuhkan langkah-langkah antisipatif dalam membentuk SDM yang tidak larut dalam gelombang perubahan global. Pada titik inilah diperlukan gerakan bela negara ditujukan untuk mengembalikan makna dan jati diri bangsa melalui sikap dan perilaku dapat ditujukan dengan cinta kepada NKRI oleh segenap masyarakat.
Perlu disadari agar berpartisipasi aktif dalam memperkuat pertahanan negara bangsa dan negara. Semua ini dilakukan untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur, aman dan sejahtera.
Bela negara dapat diaktualisasikan dalam peran dan profesi setiap warga negara dalam keseharian. Setiap warga negara harus diisi dengan kerja keras sesuai profesi masing-masing sebagai abdi negara. Berbuat yang terbaik adalah berkorban demi kecintaan kepada ngara dan menumbuhkan semangat nasionalisme. (Kerta Negara/balipost)