TABANAN, BALIPOST.com – Setelah menggelar OP (operasi beras) pada Rabu (31/1) hingga Kamis (8/2) di tiga Kecamatan yaitu Tabanan, Kediri dan Selemadeg, ternyata belum mempengaruhi harga beras medium di pasaran.
Berdasarkan data terakhir Dinas Perindustrian danPerdagangan Tabanan, harga beras medium masih di atas HET (Harga Eceran Tertinggi) atau Rp 11.500 per kilo. Karenanya untuk menstabilkan harga beras medium ini, Pemkab Tabanan
berencana kembali menggelar OP yang kali ini akan dilaksanakan oleh
Perpadi Tabanan.
Kepala Pelaksana TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) Tabanan, I
Gusti Putu Ekayana, Rabu (21/2) mengatakan meski hendak memasuki
musim panen dimana puncaknya atau panen raya pada bulan Maret ini,
pihaknya tetap berencana melakukan OP. Langkah ini diambil karena
beras medium masih tetap berada di atas HET. ‘’Harga beras medium
belum bisa ditekan ke HET meski sudah sempat dilakukan OP. Bahkan
harganya masih tetap di atas HET meski saat ini sudah memasuki musim
panen. Karenanya kita berencana menggelar OP kembali,’’ ujar Ekayana.
Sebagai langkah awal, lanjut Ekayana pihaknya akan meminta meminta Bulog bersama Perpadi Tabanan kembali menggelontorkan beras kualitas medium dalam bentuk OP. Adapun prosedur pelaksanaannya dengan memanfaatkan beras dari stok Bulog, namun disalurkan oleh kalangan Perpadi Kabupaten Tabanan.
Selain OP menurut Ekayana, pemkab Tabanan telah melakukan beberapa langkah lain untuk menekan harga beras medium ini yaitu melalui kegiatan pasar murah yang diakukan oleh Perusahaan Daerah Dharma
Santhika (PDDS) dan Pasar Rakyat melalui HUT Kota Tabanan lalu. Namun
langkah-langkah ini tetap belum bisa menekan harga beras medium.
Meski sudah berencana untuk melaksanakan OP, diakui Ekayana pihaknya
belum menentukan waktu dan lokasi pelaksanaan. Untuk itu pihaknya
masih melakukan koordinasi dengan Bulog, Perpadi, dan OPD terkait.
Sementara itu, dari informasi dilapangan pada beberapa sentra produksi padi sudah mulai panen, termasuk juga disentra produksi Gerbang Pangan Serasi (GPS) atau yang disebut juga produksi beras menuju organik. Mestinya, kondisi mulai panen ini akan berdampak pada penurunan harga beras di pasaran. Namun kenyataannya dilapangan itu tidak terjadi, bahkan harga gabah ditingkat petani masih mahal dengan berada dikisaran Rp 5.200-Rp 5.400 per kg. (wira sanjiwani/balipost)