GIANYAR, BALIPOST.com – Polisi terus mendalami dugaan pembunuhan yang dilakukan Ni Luh Septiyani Parmadani (33) terhadap 3 anaknya, Ni Putu Diana Mas Pradnya Dewi (6), I Made Mas (4) serta I Nyoman Kresnadana Putra (2) dan kemudian mencoba bunuh diri dengan melukai tangan dan lehernya. Bahkan, suami Septiyani, Putu Moh Diana juga sudah diperiksa di Polsek Sukawati yang menangani kasus ini.
Menurut Kapolsek Sukawati Kompol Pande Sugiharta, sampai Rabu (21/2) sore, polisi sudah melakukan pemeriksaan awal terhadap Putu Moh Diana. Sementara ini, ia mengatakan, pria 35 tahun itu mengaku tidak ada masalah. Bahkan tidak pernah ribut dengan istrinya, Septiyani. “Tetapi itu baru pemeriksaan awal, nanti kita periksa lagi. Mungkin dia masih menutubi aib,” katanya.
Ia mengatakan dugaan awal, pasti ada masalah sampai terjadi peristiwa sang istri mencoba bunuh diri bersama anak-anaknya dan diduga meminumkan racun serangga pada 3 anaknya terlebih dulu kemudian mengakhiri hidup dengan melukai tangan dan lehernya. “Nah, sekarang masalahnya apa ini kan kita tidak tahu. Apa ada faktor selingkuh, sakit hati, atau faktor ekonomi atau suami main judi, kan banyak faktor bisa menyebabkan. Tetapi intinya faktor sebenarnya belum terungkap,” tegasnya.
Sementara itu, terkait status Septiyani yang disebut merupakan seorang guru, Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan olah Raga (Disdikpora) Badung, Ketut Widia Astika, membenarkan. Ia merupakan salah seorang guru Sekolah Dasar (SD). “Iya benar ia adalah guru SD 4 Sulangai, Petang. Kami selaku pemerintah turut prihatin atas kejadian tersebut,” ujar Widia Astika, Rabu (21/2).
Birokrat asal Kerobokan, Kuta Utara itu mengakui tidak mengetahui penyebab guru yang diketahui merupakan pindahan dari Kabupaten Gianyar itu diduga menghabisi nyawa anak-anaknya. “Kami tidak mengetahui penyebab pasti hingga terjadi kasus itu. Namun, yang bersangkutan merupakan pidahan dari Gianyar, dan yang saya tahu memang merupakan warga Gianyar yang menikah ke Petang,” ucapnya.
Menurutnya, pihaknya akan mencarikan guru pengganti sementara, sehingga proses belajar mengajar di sekolah tersebut tidak terganggu akibat kejadian itu. “Iya mau tidak mau kita carikan pengganti, jika kekurangan guru,” katanya. (Manik Astajaya/Parwata/balipost)