JAKARTA, BALIPOST.com – Setelah keluar dari KLB Gizi Buruk dan Campak, Asmat kini menghadapi persoalan lain. Permasalahan itu adalah ketersediaan pangan dan air bersih. Suku Asmat hingga saat ini dikenal dengan cara hidupnya yang nomaden. Sehingga ketika sumber pangan habis, mereka akan berpindah.

Kondisi ini tentunya membutuhkan penanganan serius. Sementara itu, Kementerian Kesehatan masih menurunkan team flying health care (FHC) yang terdiri dari tenaga ahli gizi dan dokter umum.

Baca juga:  Badung Tunggu Penetapan KLB Dari Gubernur Terkait Kebijakan Pariwisata

Dijelaskan Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Kementerian Kesehatan sudah mengirimkan tim kesehatan yang termasuk dokter spesialis anak sejak terjadi KLB campak dan gizi buruk hingga saat ini status KLB dicabut. Tim kesehatan FHC dari Kemenkes bergantian dikirimkan ke Asmat selama 10 hari sejak pertengahan Januari 2018 hingga saat ini.

Ia mengatakan yang diperlukan adalah masuk ke distrik-distrik di Asmat. “Kami sudah mengirim sekarang yang ke empat flying health care kami. Terdiri terutama untuk gizi dan imunisasi dan kemudian dokter. Karena ini ke empat yang kita kirim, kami mau masuk ke desa-desanya,” ujarnya.

Baca juga:  Banjar Sandan di Desa Bangli KLB Diare

Menkes Nila menegaskan bahwa hal ini tidak bisa diselesaikan hanya oleh satu kementerian. Ia mengungkapkan bahwa ada beberapa kementerian yang akan menuju asmat dan bersama-sama mengatasi masalah ini.

“Kami nggak sanggup. Karena bagaimana transportasi bbmnya, listriknya, akses air bersih, perumahan, dan lainnya. Jadi harus dilihat secara menyeluruh,” tegasnya. (kmb/balitv)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *