DENPASAR, BALIPOST.com – Terkait penangkapan lima sopir Grab, Direskrimsus Polda Bali Kombes Pol. Anom Wibowo mengatakan itu bagian kecil yang diungkap. Oleh karena itu pihaknya masih melakukan pengembangan.
“Dilihat dari sistem yang dimiliki oleh Grab car ini, sudah berapa banyak anggaran yang dikeluarkan membiayai penumpang tuyul (fiktif) ini. Penumpang tuyul lagi trend. GPS kendaraan jalan padahal penumpangnya tidak ada. Ada juga kendaraannya diam tapi GPS-nya jalan,” ungkapnya.
Menurut Anom, kasus ini merupakan tantangan bagi sistem yang dimiliki perusahaan taksi online karena bisa dibobol menggunakan beberapa aplikasi atau kemajuan teknologi.
Menurut pengakuan tersangka, praktek kejahatan seperti ini sudah berlangsung selama 4 bulan.
Alasannya karena ada bonus dijanjikan oleh perusahaan apabila mereka mencapai target. Bonus tersebut memotivasi mereka menggunakan GPS fiktif. “Kami masih memburu kelompok yang menginstal sistem ini. Tidak hanya terjadi di Bali, juga terjadi di Jakarta maupun Makassar. Kemungkinan di kota besar lain seperti Medan, Surabaya, Yogyakarta juga bisa dijebol karena pakai sistem sama,” ungkapnya.
Anom menduga banyak orang terlibat kasus seperti ini dan mengakibatkan perusahaan rugi miliaran rupiah. Apalagi Grab di Bali punya member 5 sampai ribu orang.
Kadang-kadang masyarakat mengeluh saat order, padahal dicek GPS-nya tahu kalau sopir taksi online ini dekat, tapi tidak respons. “Bagaimana mau respon, cukup dengan tuyul ini bisa jalan sendiri. Citra Grab jadi menurun. Saya mengimbau kepada perusahaan agar perbaiki sistem digunankan. Kalau sistem bonus dihilangkan, tentu berhenti sendirinya,” kata Anom. (Kerta Negara/balipost)