Perbekel Munduk Temu, I Nyoman Wintara dan brand Kopi Leak yang menjadi produk unggulan Bumdes Munduk Temu. (BP/san)

TABANAN, BALIPOST.com – Desa Munduk Temu merupakan salah satu desa di Kecamatan Pupuan yang menghasilkan kopi jenis robusta. Adanya dukungan musim tahun ini membuat petani optimis bisa panen kopi dan tidak gagal panen seperti tahun sebelumnya. Diprediksikan, kopi yang bisa dipanen mencapai 1000 ton.

Hal ini dipaparkan  Perbekel Munduk Temu, I Nyoman Wintara, Jumat (23/2). Menurutnya, petani memiliki harapan besar bisa panen kopi pada bulan Juli ini mengingat musim sangat mendukung pertumbuhan bunga dan buah kopi. Tidak seperti tahun sebelumnya yang produksi buah kopi anjlok akibat musim yang tidak mendukung. ’’Karena musim mendukung, produksinya diperkirakan sampai 1000 ton untuk Desa Munduk Temu. Tahun lalu hanya 400 ton,’’ ujarnya.

Baca juga:  Dari Anak Penjabat di Badung Ditangkap hingga Kasus Harian Dilaporkan Nasional Terus Melandai

Dalam menyerap panen kopi petani di Desa Munduk Temu, Wintara mengatakan saat ini Desa sudah memiliki Bumdes dan sudah memiliki produk olahan kopi dengan brand Kopi Leak. Dalam membeli kopi petani, Bumdes membelinya selalu di atas harga pasar yaitu lima persen dikalikan harga pasar ditambah Rp 750.

Lebih lanjut Wintara menjelaskan, karena dihargai lebih mahal, tentu kopi yang diminta kualitasnya harus terjaga dimana saat dipetik harus petik merah. Karena syarat ini petani di Desa Munduk Temu sudah mulai sadar untuk memanen kopinya benar-benar sudah merah semua.’’Dulu masih sembarangan. Asal sudah merah banyak langsung panen dengan yang masih hijau. Sekarang tidak lagi,’’ ujar Wintara.

Baca juga:  Perubahan Iklim Turunkan Produksi Kopi, Petani Jempanang Bertahan dengan Agroforestri

Untuk menghargai usaha petani inilah, Bumdes memberikan tambahan pembelian Rp 750 rupiah per kilonya. Sehingga petani sudah langsung memilah kopi yang berkualitas untuk dijual ke Bumdes dan sisanya dijual ke pasaran.

Mengenai kekhawatiran adanya penurunan harga jual kopi saat panen raya nanti, diakui ada oleh Wintara. Menurutnya saat kopi produksinya banyak tentu akan ada permainan harga di tengkulak dan nilainya turun. Karenanya, Wintara berharap ada langkah yang bisa diambil pemerintah mengenai hal ini. Sebab, penyerapan kopi Petani di Munduk Temu hanya terserap sebagian kecil atau tidak sampai satu persen di Bumdes Munduk Temu.

Baca juga:  Nongkrong Bareng Bestie, Berikut 5 Rekomendasi Kafe "Ramah" Kantong di Denpasar

Namun, pihaknya berharap brand Kopi Leak yang dimiliki Bumdes Munduk Temu penjualannya akan semakin meningkat. Sehingga, dengan keuntungan yang meningkat maka juga menambah modal Bumdes untuk membeli semakin banyak kopi berkualitas dari petani Munduk Temu. (wira sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *