dolphin
Suasana di perairan Lovina. (BP/dok)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Sebagai basis pemilih yang cukup besar, Buleleng menjadi daya tarik tersendiri dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Bali 2018 ini. Kedua pasangan calon (paslon) dalam Pilgub sama-sama menebar janji untuk kemajuan Buleleng.

Salah satu yang menjadi “jualan” politik paslon adalah pengembangan pariwisata Buleleng. Baik Paslon I Wayan Koster – Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Koster-Ace) maupun IB Rai Dharmawijaya Mantra – Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) menawarkan sejumlah ide pengemabngan pariwisata di wilayah Bali Selatan yang memang tertinggal dari Utara ini.

Calon Wakil Gubernur nomor urut 2 Ketut Sudikerta misalnya, saat menghadiri simakrama di Puri Singaraja, Minggu (25/2) mengatakan, pariwisata Buleleng tidak cukup dengan mengembangkan obyek yang ada saja. Tetapi pengembangan kawasan atau obyek baru perlu dilakukan.

Untuk itu, pengembangan pariwisata di Buleleng barat akan dilakukan lewat kebijakan menyewakan hektaran aset tanah milik Pemprov Bali di Kecamatan Gerokgak. Di atas lahan itu bisa saja investor atau pemodal pribumi mengembangkan kawasan pariwisata yang mirip kawasan Nusa Dua. Apalagi, kawasan potensi Buleleng barat sangat mendukung, terutama untuk wisata bahari dan kawasan hutan lindung. “Saya kira ini akan lebih baik daripada misalnya mengembangkan pariwisata di selatan dengan reklamasi dan saya tegas menolak. Daripada itu memicu masalah besar, lebih baik kita alihkan ke Buleleng akan sama-sama memberi keuntungan baik pemprov dan kabupaten,” katanya.

Baca juga:  Abdi Tanpa Persiapan Khusus, Jayawibawa Ngaku Tegang

Terkait program memperpendek aksesbilitas, Sudikerta menyebut bahwa selain berjuang untuk percepatan proyek shortcut, dirinya juga berjanji berjuang agar pemerintah pusat merealisasikan proyek jalan tol. Selain itu, dia pun berharap besar ketimpangan aksesibilitas yang terjadi sekarang ini akan tertangani setelah nantinya pemerintah pusat menerbitkan Izin Penetapan Lokasi (Penlok) Bandara Internasional di Kecamatan Kubutambahan. “Aksesibilitas ini tidak cukup dengan shortcut karena itu hanya memperpendek jarak jalan yang berliku, tapi kalau jalan tol bebas hambatan ini akan memeratakan pembangunan di Bali,” jelasnya.

Baca juga:  Makin Banyak, Kasus Positif COVID-19 yang Tidak Punya Riwayat ke Luar Bali

Sementara itu, Calon Wakil Gubernur nomor urut 1 Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati menawarkan program pengembangan pariwisata Buleleng dengan kemasan yang berbeda dari kemasan wisata di Bali selatan. Ketua Persatuan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) Bali ini mengatakan, melalui kemasan yang berbeda ini wisatawan akan tertarik berlibur ke Buleleng. Kemasan wisata yang beda itu bisa dilakukan dengan pengembangan wisata agro dengan dukungan hasil-hasil pertanian Buleleng.

Dia mencontohkan, keberadaan anggur yang hanya ada di Buleleng sangat potensial untuk mendukung pengembangan wisata agro yang tidak ada di Bali selatan. Pihaknya menawarkan untuk merancang sebuah gelaran festival wine dengan rutin. “Usul saya di Buleleng pengembangan wisatawanya harus beda dengan di selatan. Kita buat festival wine anggur atau festival produk pertanian Buleleng yang lain, kita promosikan dan menjadi agenda tetap. Kemasan wisata yang beda ini saya yakin akan membuat wisatan datang ke Buleleng,” katanya.

Baca juga:  Tim Yustisi Jaring 9 Pelanggar Prokes

Untuk mendukung usul tersebut, Cok Ace berpendapat persiapan infrastruktur terutama jalan harus dipersiapkan lebih awal. Untuk itu, dirinya mendorong percepatan pembangunan proyek shortcut di jalan nasional Denpasar – Singaraja. Dengan waktu tempuh yang lebih singkat dari sekarang ini wisatawan atau investor yang akan berinvestasi akan semakin mudah datang ke Buleleng.

Demikian juga akses perekonomian seperti penjualan hasil pertanian Buleleng akan akan lebih cepat dan mudah terdistribusi ke konsumen di selatan, sehingga pemerataan ekonomi dapat diwujudkan. “Aksesibilitas ini harus kita bangun karena ini akan mendukung tidak saja pengembangan pariwisata, tapi akan terjadi pemerataan ekonomi karena akses dari selatan ke utara ini pendek, kalau sekarang ini membuat timpang,” jelasnya. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *