BANYUWANGI, BALIPOST.com – Aksi pengiriman anakan lobster atau benur masih saja muncul di Banyuwangi. Terbaru, Selasa (27/2) pagi, Satpolair Polres Banyuwangi bersama Reskrim menggerebek sebuah rumah kos elit di lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Giri yang dijadikan penimbunan benur. Dari lokasi, diamankan 11.160 ekor benur dan belasan koper yang akan digunakan mengirim ke luar daerah.
Penggerebekan dipimpin langsung Kapolres Banyuwangi AKBP Donny Adityawarman. Polisi menemukan tiga kamar yang digunakan beroperasi. Dua kamar di lantai dua dipakai mengemas benur. Polisi mendapati sejumlah koper dan plastik. Diduga dijadikan pengemas benur. Lalu di kamar lantai bawah, ditemukan sebuah kolam karet. Kolam ini dipakai menyimpan benur. Ditemukan ratusan benur yang mati. Sayangnya, saat digerebek, pemilik benur tak ada di lokasi. Polisi hanya mendapati dua orang, Iwan dan Robi. Keduanya asal Sapeken, Madura. Mereka berdalih hanya bertugas menjaga rumah kos tersebut. “Penggerebekan ini berawal dari penyelidikan. Rumah kos ini diduga dijadikan penimbunan benur dan dikirim ke luar daerah,” kata Kapolres.
Menurutnya, aksi penimbunan benur ini sangat profesional. Sebab, barang bukti yang ditemukan cukup lengkap. Mulai kolam, koper dan alat-alat lainnya. Dugaannya, pengiriman ini ke luar negeri. Rumah kos ini juga sengaja khusus disewa untuk penimbunan benur. Dari 16 kamar, hanya tiga kamar difungsikan. Rumah kos juga dilengkapi CCTV dan satpam. ” Jadi kos ini hanya khusus menimbun benur. Tidak ada penghuni lainnya,” jelas Kapolres.
Kapolres menambahkan pihaknya masih terus mengembangkan kasus ini. Pascapenggerebekan, polisi memasang garis polisi di lokasi.
Sementara penjaga kos, Iwan (50), mengaku baru bekerja sebagai penjaga sejak Januari lalu. Pria ini berdalih tak mengetahui aksi penimbunan ini.
Menurutnya, tempat kos itu milik H..Aang asal Sapeken, Madura. ” Kalau penghuni kos yang digerebek, Gunawan dan Eko. Saya tidak tahu orang mana,” dalihnya.
Meski berdalih tak tahu, polisi tetap mengamankan Iwan. Dia diyakini mengetahui aktivitas penimbunan benur tersebut. Sejumlah warga di sekitar lokasi mengaku sempat curiga dengan kondisi tempat kos mewah itu. Sebab, jarang ada orang keluar masuk. Tempat kos juga sepi, tak ada penghuni.
“Kos ini sudah lama dibangun. Tapi terlihat ada aktivitas baru sekitar dua mingguan, mobil keluar masuk, meski jarang,” ujar salah satu warga. Kamar kos di ujung gang ini disewakan Rp 1,5 juta per bulan. Karena mahal, diduga tak ada penghuninya. (budi wiriyanto/balipost)