budidaya
I Kadek Saputra saat memanen jamur tiram yang dibudidayakannya. (BP/ina)

BANGLI, BALIPOST.com – Memulai sebuah usaha tidak harus menyediakan modal besar. Dengan modal kecil pun, seseorang bisa memulai dan menjalankan usahanya dengan sukses asalkan memiliki tekad yang kuat dan semangat pantang menyerah.

Setidaknya prinsip itulah yang selama ini diterapkan I Kadek Saputra wirausahawan muda pembudidaya jamur tiram di Banjar Dukuh Desa Bunutin, Bangli.

Pria 35 tahun ini tergolong sukses membudidayakan jamur tiram. Hanya dengan modal Rp 300 ribu, dalam sebulan keuntungan yang didapat mencapai jutaan rupiah per bulan.

Saputra menuturkan, dirinya mulai membudidayakan jamur tiram sejak 2011 lalu. Hal yang melatar belakangi dirinya terjun ke usaha itu karena penghasilan yang didapatnya dari menjadi guru honor masih jauh dari kata cukup. Sebelum memilih membudidayakan jamur, dirinya yang memiliki banyak teman wirausahawan itu sempat menjalani usaha di bidang desain art bekerjasama dengan seorang temannya. Namun tak bertahan lama, usahanya bubar.

Baca juga:  Guru, Kepala Sekolah dan UPT Sembahyang Doakan Sekolah Tidak Roboh 

Dirinya sempat bingung memilih menjalani usaha baru dengan modal kecil. Hingga akhirnya salah seorang temannya yang menjadi dosen memberinya dua pilihan untuk mencoba usaha dengan modal kecil tapi menguntungkan. “Dua pilihan yang diberikan adalah membudayakan ikan atau budidaya jamur tiram,” ujarnya.

Setelah dipelajari, dirinya akhirnya memutuskan mencoba membudidayakan jamur karena modal yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan budidaya ikan. Dengan bermodal awal Rp 300 ribu dirinya membeli bibit jamur dan mencoba mengembangkan di rumahnya. Saat panen perdana, dirinya memasarkan jamur tiram di sekitar rumah dengan cara menitip di warung-warung. Namun hasil yang didapat tidak sesuai harapan. Dirinya yang ngeh bahwa jamur tiram banyak dikonsumsi kalangan menengah keatas lalu mencoba mencari celah pemasaran hingga akhirnya berhasil bertemu dengan pembeli yang pas dan mau menyerap hasil panen jamur budidayanya.

Tak puas hanya memetic hasil dari bibit jamur yang dibelinya, guru honorer Bahasa Jepang di SMAN 1 Susut ini pun mencoba mengembangkan usahanya dengan membuat bibit jamur. “Saya berpikir, kalau terus-terusan beli bibit, keuntungannya yang didapat sedikit. Saya putuskan untuk mencoba membuat bibit jamur,” ungkapnya.

Baca juga:  Kampus Harus Waspada Terhadap Bahaya Radikalisme

Namun sebelum akhirnya sukses membuat bibit jamur dirinya mengaku menemui banyak kendala. Tidak banyak orang yang mau berbagi ilmu dengannya. Dirinya pun mencoba belajar melalui buku dan video. Karena saking kuatnya keinginan membuat bibit jamur, dia pun sempat berencana untuk ikut kursus. Tapi karena biaya yang dibutuhkan mahal, dirinya mengurungkan rencananya. “Akhirnya saya beranikan diri untuk mencoba membuat bibit sendiri, setelah saya diajari oleh seseorang dari Payangan. Saya membeli drum, kompor dan peralatan lainnya untuk membuat bibit,” jelasnya.

Dari 100 bibit yang dibuatnya pertamakali, dirinya harus menerima kenyataan 80 persen bibit buatannya gagal. Namun hal itu tak membuatnya putus asa. Dirinya terus mencoba hingga akhirnya berhasil memproduksi bibit jamur tiram sampai sekarang.

Baca juga:  PDI Perjuangan Bali Rayakan Tumpek Uye

Ayah dua anak itu mengatakan dari 7 ribuan baglog jamur yang dibudidayakan, dalam sehari dirinya kini bisa mendapatkan hasil panen jamur antara 30-50 kilogram. Sementara untuk bibit jamur dirinya bisa memproduksi 1000 baglog per minggu. Per satu kilogram jamur dijualnya ke pengepul dengan harga Rp 16-18 ribu, sedangkan eceran Rp 20-24 ribu.

Untuk bibit jamur, dijualnya Rp 3.200 per satu baglog. Jika dihitung-hitung omzet yang didapat dari usahanya itu mencapai jutaan rupiah per bulan. Dengan pengalamannya itu, dirinya pun berpesan ke calon wisausahawan muda lainnya untuk tidak ragu-ragu. “Jadi jangan ragu-ragu. Kalau ingin membuat usaha sampingan tidak harus dengan modal besar. Asal ada kemauan dan semangat. Isi waktu dengan membuat usaha sampingan, kalau hanya berdiam diri menunggu sampai bisa menjadi PNS, kasihan waktunya terbuang,” kata Saputra. (dayu rina/balipost)

BAGIKAN

5 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *