DENPASAR, BALIPOST.com – Tahun 2018 ini, Bali tidak saja menyelenggarakan tiga pilkada yakni pilkada Klungkung, Gianyar, dan pilkada Bali di 27 Juni. Namun, Pulau Dewata juga akan menjadi tuan rumah IMF-World Bank Annual Meeting di bulan Oktober.
Kesuksesan pelaksanaan pilkada diyakini akan berdampak positif pada acara pertemuan IMF-World Bank. “The next host itu adalah gubernur yang baru. Kalau nuansanya gubernur baru nanti macam-macam, misalnya terjadi pemungutan suara ulang, keributan, dan sebagainya, akan berpengaruh kan. Kita sekarang lagi disorot oleh dunia,” ujar Kapolda Bali, Irjen Pol. Petrus Reinhard Golose di Denpasar, Selasa (27/2).
Golose menambahkan, saat ini Bali kedatangan Christine Lagarde, Managing Director IMF. Kedatangannya juga untuk menentukan apakah IMF-World Bank masih bisa tetap berjalan di Bali. Terutama setelah ada bencana erupsi Gunung Agung.
Menurutnya, pertemuan IMF-World Bank akan memberi dampak yang sangat bagus untuk Bali dan Indonesia umumnya. Mengingat, ada lebih dari 25 negara yang sebetulnya menginginkan untuk menjadi tuan rumah.
Oleh karena itu, kepercayaan untuk Bali yang disebutnya sebagai island of tolerance ini mesti dijaga. Selain meyakinkan soal Gunung Agung, juga dengan mewujudkan pilkada aman dan damai. “Saya kebetulan hadir di Washington DC untuk memaparkan masalah security yang dalam hubungan ini menurut saya, keterkaitan dengan pilkada damai ini amat sangat penting,” jelasnya.
Golose mengatakan media atau pers memiliki peran yang signifikan dalam menunjang pilkada aman, damai, bersih, dan jujur. “Suarakan juga pasangan (calon kepala daerah) ini untuk siap kalah dan siap menang. Jangan hanya siap menang,” imbuhnya.
Menurut Golose, kebijakan Polri saat ini adalah lebih proaktif melakukan pencegahan (preventif). Jadi, bukan dengan tindakan represif maupun responsif, khususnya dalam mewujudkan pilkada damai.
Polda Bali sendiri menjadi leading sector atau memimpin langsung pelaksanaan keamanan di Bali. Hasil survey Fakultas Hukum Universitas Udayana, Polda Bali tercatat paling dominan menyelesaikan masalah trantib di masyarakat. Utamanya, premanisme (dengan tingkat kepuasan masyarakat (71,43 persen), narkoba (88,57 persen), kejahatan jalanan (92,86 persen), dan lalu lintas (90 persen). (Rindra Devita/balipost)