SINGARAJA, BALIPOST.com – Seniman sekaligus tokoh yang berjasa membangkitkan seni Bondres Buleleng sejak setahun tidak lagi meramaikan pentas di panggung hiburan tradisional. Ini karena seniman yang namanya tersohor dengan tokoh pemain bondres yang sering dibawakan dengan nama Susik itu sekarang harus berjuang melawan penyakit Diabetes dan Gagal Ginjal.
Seniman bernama lengkap Drs. Made Ngurah Sadika ini tidak lagi meramaikan pentas seni bondres akibat penyakit yang dideritanya lima tahun terakhir itu tersebut belum juga dapat disembuhkan.
Awalnya, Ngurah Sadika menderita Diabetes. Saat itu, penyakitnya masih bisa diimbangi dengan rutin periksa ke dokter. Penyakit Diabetes itu tidak menghentikan semangat, Ngurah Sadika tetap pentas menghibur baik di Buleleng hingga ke luar daerah. Karena padatnya jadwal pentas hingga dalam sehari harus naik panggung tiga kali, kesehatannya mulai terganggu.
Puncaknya sekitar sekitar empat tahun lalu saat berobat ke rumah sakit, ternyata dokter memvonis-nya dia menderita penyakit Gagal Ginjal.
Dia kemudian opname di RSUD Buleleng untuk menjalani pengobatan dengan teknik tembak batu ginjal.
Selesai pengobatan, kondisinya sempat membaik dengan rawat jalan dan cuci darah rutin setiap dua kali satu minggu. Dengan bantuan pengobatannya itu dia tetap memaksa pentas bersama Sekeha Bondres Susik.
Hingga pentas terakhir di Nusa Lembongan, Klungkung, kondisi kesehatannya kembali menurun hingga dia kembali masuk rumah sakit. Sejak itu sampai sekarang, Ngurah Sadika beristirahat total untuk berjuang mencari kesembuhan.
Berat badannya pun turun hingga tubuhnya sekarang nampak kurus. Hanya pergelangan kedua kakinya saja yang terlihat besar mirip bengkak. Dokter menyebut kalau bengkak pada pergelangan kakinya itu cairan karena pengaruh penyakit Gagal Ginjal yang dideritanya.
Saat ditemui di rumahnya Jalan Kresna, Kelurahan Kendran, Singaraja Ngurah Sadika hanya duduk di kursi sofa ruang tamu rumahnya. Sesekali, dia merintih kesakitan pada punggungnya, hingga untuk berdiri harus dibantu dengan tongkat bantuan dari sahabtnya sesama SMA dulu.
Ngurah Sadika pun menuturkan tidak menyangka kalau akan menderita penyakit berat yang sulit disembuhkan itu. Dia sendiri bertekad mencari kesembuhan, namun dirinya mengaku was-was tidak mampu menyiapkan biaya mahal untuk pengobatan di rumah sakit yang ahli menyembuhkan penyakit yang dideritanya. “Tidak menyangka kok seperti ini nasib saya. Saya ingin berobat ke rumah sakit, tapi takut sekali kalau kekurangan biaya dari tanggungan Askes sebagai PNS yang saya punya itu kurang,” tuturnya.
Sejak mengalami sakit, Ngurah Sadika mengaku hanya dikunjungi oleh sesama seniman di sekha-nya saja. Mereka yang setia membeirkan motivasi untuk berjuang melawan penyakit berat itu seperti Ketut Suardana, Putu Raksa, Wayan Suriawan. Dia pun menunjukkan beberapa penghargaan yang sempat diraihnya dari beberapa pejabat tinggi hingga tokoh politisi kondang. “Sesama teman di sekha Susik Bondres saja setia menemani saya di rumah dengan kondisi seperti ini,” keluhnya.
Sementara istrinya Luh Reni yang setia mengurus keperluan sehari-hari suaminya juga memiliki keinginan besar agar suaminya segera sembuh. Namun, karena khawatir kalau biaya yang tidak mencukupi, sehingga untuk sementara suaminya menjalani rawat jalan diikuti jadwal cuci darah yang disarankan oleh dokter.
Setiap hari, Reni membantu suaminya ketika akan mandi atau buang air. Terkadang, kalau sakitnya kambuh hingga tidak bisa makan sendiri, dia harus menyuapi makan. Selain itu, dia bersama kedua anaknya I Gede Arya Darmadi dan adiknya Ni Made Ary Darmini juga menempuh pengobatan secara niskala di samping rutin melakukan cuci darah.
“Sudah setahun saya berhenti bekerja karena bapak sakit. Maunya berobat ke rumah sakit, takutnya biaya tidak cukup walau bapak punya jaminan Askes sebagai PNS dan kami juga tidak punya apa lagi,” jelasnya. (mudiarta/balipost)