Suasana upacara Siat Sampian yang dilakukan Juru Sirat di Pura Penataran Sasih, Desa Pejeng, Tampaksiring. (BP/nik)

GIANYAR, BALIPOST.com – Upacara Siat Sampian digelar di Pura Penataran Sasih, Desa Pejeng, Tampaksiring, Minggu (4/3), bersamaan akan “ngemudalan” Ida Bhatara manca-manca di pura tersebut. Ritual dilakukan krama yang merupakan pengayah Jero Sutri (perempuan) dan Juru Sirat (pria).

Bendesa Agung Jero Kuta Pejeng, Cokorda Gde Putra Pemayun mengatakan upacara Siyat Sampian ini merupakan tradisi mutlak yang harus selalu dilaksanakan setiap piodalan di Pura Penataran Sasih.

“Tradisi ini harus selalu dilaksanakan setiap gelaran piodalan padudusan di Pura Penataran Sasih setiap tahunnya,“ ucapnya.

Baca juga:  Karya Agung Panerusan Panca Wali Krama di Pura Penataran Sasih

Dikatakan, tradisi ini dilakukan tepatnya sesaat sebelum prosesi Ida Bethara Manca-manca (dari luar desa pakraman Jero Kuta Pejeng) budal. Dijelaskan, ritual Siat Sampian ini sudah dipersiapkan sejak pagi hari, yang diawali dengan ‘nampyog’ dimana para sutri dan juru sirat menari mengelilingi areal Pura Penataran Sasih.

Usai upacara Nempyog, dilanjutkan diikuti dengan mabete-betean berupa saling tarik. Saat prosesi ini berlangsung, Jero Sutri dan Juru Sirat saling berpegangan tangan, lalu saling tarik satu sama lain. Mereka nampak melakukan gerakan maju mundur sedemikian rupa, sehingga menyerupai gerakan ombak dengan iringan tetabuhan gamelan baleganjur.

Baca juga:  Pelatih Surfing Ditangkap Simpan Ganja

Seluruh prosesi ini dilaksanakan dengan mengelilingi areal Pura Penataran Sasih sebanyak tiga kali mengikuti arah mapurwa daksina. Usai prosesi itu, para sutri dan juru sirat istirahat sejenak. Nah tidak berselang lama, tiba-tiba saja para juru sirat dan jero sutri berteriak hysteris. Mereka lantas langsung sembahyang di hadapan pengaruman pura serta pelinggih Ratu Sanghyang.

Usai sembahyang dan diperciki tirtha, seluruh peserta tampak seperti orang kerasukan. Mereka pun langsung mengambil sampyan yang sebelumnya telah disediakan di halaman pura.  Sampian tersebut sebelumnya diambil oleh prajuru dari ratusan dangsil dan banten pengambaian yang ada di areal pura tersebut.

Baca juga:  Pemkab Jembrana "Ngayarin" di Pura Penataran Sasih Pejeng

Para peserta ini nampak saling serang menggunakan sampian dengan sejumlah sutri lainnya. Begitu pula ketika hal serupa dilakuan para juru sirat. Herannya, tak satupun dari mereka yang merasakan kesakitan setelah melaksanakan tradisi itu. Usai acara sejumlah juru sirat dan jero sutri mengaku puas bisa ngayah masiyat sampyan. (manik astajaya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *