Pemain dan sutradara "Nyungsang" saat jumpa pers terkait pemutaran perdana film ini. (BP/asa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Masyarakat Bali kental dengan konsep rwa bhineda, serta ajaran pangiwa tengen atau ilmu hitam dan putih. Namun saat ini terkikis oleh kemajuan teknologi serta pemikiran orang yang semakin moderat.

Konsep ilmu pangiwa (hitam atau aliran kiri) itu diakui dan diyakini masih berkembang saat ini di sejumlah daerah di Bali, termasuk di Kota Denpasar yang merupakan kota metropolitan. Untuk melestarikan budaya tersebut, Komang Indra Wirawan yang akrab disapa Komang Gases bersama sejumlah rekannya, mengangkat “ilmu pangiwa” itu ke dalam konsep film horor.

Dengan menggandeng IKIP PGRI Bali, Komang Gases dkk menelorkan film “Nyungsang”. Dan kisah film ini diambil dari kisah nyata dari pewaris ilmu pangiwa yang ada dalam lingkungan sosial masyarakat. Kebudayaan pangiwa atau pangeleakan itu divisualisasi sekaligus dijadikan ajang edukasi dalam hal pelestarian budaya. “Spirit film ‘Nyungsang’ ini adalah memunculkan kembali kebudayaan pangiwa,” jelas Komang Gases selaku sutradara dan produser didampingi Rektor IKIP PGRI Bali Dr. I Made Suarta, bersama ketua yayasan dan penulis naskah film “Nyungsang”, Kamis (8/3).

Baca juga:  Will Smith Gets Fresh All-CGI Clone in 'Revolutionary' New Sci-fi

Sehingga, lanjut dia, tradisi budaya dalam kasanah Bali dalam masa lalu masih tetap dibudayakan. Dia berpandangan, di balik dunia skala ada dunia niskala yang selalu berdampingan. Sehingga untuk memperdalam film “Nyungsang” ini, kru film juga menggali beberapa lontar yang kemudian dipelajari dan dikombinasikan dengan karya sastra, sehingga film “Nyungsang” tidak jauh karakternya dengan ilmu pangiwa yang memang ada di Bali.

Baca juga:  Di Bangli, Banyak LPJU Mati dan Tak Berfungsi

Di dampingi sejumlah artis dan aktor serta rektor IKIP PGR Bali, Komang Gases menceritakan bahwa saat shooting atau pengambilan gambar film ini banyak dialami peristiwa mistik. Tidak hanya dirasakan oleh pemain, namun perangkat yang dipakai shooting juga ikut diganggu.

Rektor IKIP PGRI Bali Dr. I Made Suarta yang ikut menjadi aktor dalam film “Nyungsang” itu juga merasakan hal mistis saat shooting di Pejeng, Gianyar. Hal yang sama juga dialami pemain lainnya. Dan rasa takut tersebut terobati dengan clearnya pembuatan film bertajuk film horor itu.

Ribuan masyarakat Bali yang mendengar kisah “Nyungsang” sudah penasaran melihat keseruan Gek Arie, Hai Puja Banana dkk., dalam memerankan lakon mereka. Film yang akan “menghantui” masyarakat Bali dengan The Movie Nyungsang akan diputar perdana pada 29 Maret di Denpasar Cineplex. Sang sutradara sedikit membocorkan cerita film “Nyungsang” itu, yakni kehidupan nenek dan anaknya. Kemudian nenek memutuskan untuk mencari sebuah ilmu pangiwa dengan memohon di sebuah kuburan. Dan didapatlah kekuatan.

Baca juga:  LLDikti Dorong Lulusan Guru Jadi Pengusaha saat Pandemi COVID-19

Rektor IKIP PGRI Bali Dr. I Made Suarta, menambahkan bahwa film yang ber-sfirit budaya Bali itu diharapkan bisa diterima oleh masyarakat luas. Bahkan pemutarannya tidak hanya diharapkan di Bali, walau mengangkat budaya lokal. Namun karena Bali sebagai tujuan wisata, maka kedutaan diharapkan juga ikut mempromosikan film ini sebagai referensi tentang salah satu budaya Bali. (Miasa/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *