DENPASAR, BALIPOST.com – Hari Raya Nyepi yang jatuh pada 17 Maret mendatang diperkirakan akan mengurangi jumlah konsumsi listrik hingga 27 persen. Penurunan konsumsi ini dikarenakan pada saat Nyepi, masyarakat Bali tidak menggunakan penerangan atau tidak berapi-api (Amati Geni).
Deputi Manajer Komunikasi dan Bina Lingkungan PLN Distribusi Bali I Gusti Ketut Putra mengatakan, beban puncak yang terjadi saat Nyepi 2018 diprediksi 565,3 mega watt (MW) pada malam hari dan 520,6 MW pada siang hari. “Prediksi ini berdasarkan atas perhitungan beban puncak perayaan Nyepi 3 tahun terakhir,” jelasnya.
Berdasarkan pengalaman pada perayaan Nyepi tahun 2017, beban puncak yang terjadi 490,5 MW pada siang hari dan 506,9 MW pada malam hari. Dibandingkan pada hari biasa, beban puncak tertinggi untuk Bali yaitu
mencapai 860 MW yang terjadi pada tahun 2017. Sementara beban puncak tertinggi pada tahun 2018 yaitu 840,8 MW. “Per 7 Maret 2018, beban puncak mencapai 770 MW,” imbuhnya.
Pada saat Nyepi, pemanfaatan pembangkit diprioritaskan PLTU Celukan Bawang dan crossing energi dari Jawa dengan kabel laut. Sementara pemanfaatan PLTD Pesanggaran hanya sebagian kecil. Bahkan jika tidak terjadi kekurangan daya, PLTDG Pesanggaran tidak akan dihidupkan.
Pada perayaan Nyepi, PLN Distribusi Bali juga menyiagakan 750 personil yang mulai bekerja pada 16-18 Maret. Selain itu, pihaknya juga menempatkan posko siaga sebanyak 51 lokasi yang tersebar dari Gilimanuk hingga Karangasem. “Dan untuk pelayanan PLN yang dilakukan dalam kondisi darurat, kami juga bekerjasama dengan Majelis Desa Pakraman atau Bendesa Adat Setempat,” imbuhnya. (Citta Maya/balipost)