NEGARA, BALIPOST.com – Sejumlah bangunan SD Negeri di Kecamatan Mendoyo masih mengalami kerusakan dan harus antre menunggu perbaikan. Diantaranya bahkan kekurangan ruang kelas lantaran terbatasnya ruang rombel. Siswa terpaksa menggunakan ruang UKS untuk belajar mengajar. Seperti yang terjadi di SD 2 Mendoyo Dangin Tukad. Hal tersebut didapati saat sidak Komisi A DPRD Jembrana ke sejumlah SD di Mendoyo, Senin (12/3).
Di SD Negeri 2 Dangin Tukad, diketahui ada sejumlah ruang kelas yang kurang representatif. Bahkan kekurangan mebeler untuk siswa di ruang belajar tersebut. Tahun lalu, SD ini justru memperoleh bantuan pembangunan pagar alas dan ruang perpustakaan. “Ruang kelas III digabung dengan ruang UKS. Semestinya ini didahulukan,” tandas Sekretaris Komisi A, Ketut Sadwi Darmawan.
Menurut dewan asal Asah Duren, Pekutatan ini, sejak peralihan kewenangan SMA ke Provinsi anggaran untuk pendidikan dari APBD difokuskan SD dan SMP. Salah satunya untuk perbaikan fisik sekolah-sekolah yang rusak agar representatif.
Karena itu secara rutin, Komisi A sengaja mengecek ke sejumlah sekolah-sekolah hingga ke pelosok guna memastikan kondisi fisik sekolah. Dewan menginginkan agar perbaikan sekolah dilakukan merata. Tidak hanya tertumpu satu atau dua sekolah setiap tahunnya. “Kita ingin memastikan kondisi sekolah-sekolah, dan ternyata memang masih banyak yang belum representatif dan perlu penanganan,” ujarnya didampingi anggota Komisi A, Ni Made Artini.
Komisi A, juga mengecek kondisi di SD Negeri 1 Pohsanten, yang menjadi gugus sekolah (sekolah inti) juga kekurangan rombel. Salah satu bangunan untuk dua kelas sudah tidak dipergunakan lantaran hancur. Di SD yang bersebelahan dengan Kantor Desa Pohsanten ini memiliki 256 murid dengan 11 rombel. Dari informasi, perlu adanya RKB (ruang kelas baru) yang direncanakan tahun 2019 baru terealisasi.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Jembrana, Putu Eka Suarnama mengakui masih ada puluhan sekolah yang antre dalam mengajukan perbaikan. Namun lantaran keterbatasan anggaran, maka dilakukan skala prioritas. Beberapa SD yang mengalami kerusakan berat tahun ini dipastikan diperbaiki.
Seperti SD Negeri 2 Lelateng, SD N 2 Air Kuning dan SD N 2 Tegalcangkring yang mengalami kerusakan berat. Total ada 20 SD Negeri yang mendapatkan perbaikan dengan rincian sembilan dari APBD dan sisanya 11 sekolah dari DAK. Kendati ada penambahan DAK dibanding tahun sebelumnya, namun memang belum bisa mengcover semua permohonan. Karena setiap tahun, jumlah usulan bertambah. (surya dharma/balipost)