AMLAPURA, BALIPOST.com – Umat Hindu akan melaksanakan Catur Brata Penyepian pada 17 Maret nanti. Pada saat itu, seluruh aktivitas warga dan pemerintahan akan terhenti selama sehari.
Tetapi, demi kepentingan mitigasi bencana erupsi Gunung Agung, Pasebaya Agung akan tetap siaga, selama pelaksanaan Nyepi nanti. Penegasan itu disampaikan Ketua Pasebaya Agung, I Gede Pawana, saat ditanya perihal langkah mitigasi bencana, di tengah perayaan Nyepi nanti, Senin (12/3).
Dikatakannya, selama pelaksanaan Catur Brata Penyepian nanti, yang off adalah komunikasi melalui jaringan Whatsapp Grup, menyusul adanya kebijakan mematikan data seluler untuk menghormati pelaksanaan Nyepi di Bali. “Seluruh relawan kami di semua pos tetap siaga. Cuma sekarang karena Nyepi, relawan melakukan monitoring visual Gunung Agung dari rumah masing-masing,” kata Pawana.
Komunikasi juga akan dilakukan satu arah, yang dipandu langsung dari Pos Induk Pasebaya Agung. Relawan akan dikontak langsung bila, ada dibutuhkan informasi penting di sekitar wilayahnya. Jadi, proses komunikasi tidak intens seperti hari-hari biasanya.
Bila terjadi situasi genting, komunikasi untuk proses edukasi dan pengawasan warga di daerah terdampak, akan dilakukan melalui sambungan telpon, kepada tokoh masyarakat setempat. Sebab, warga yang biasanya memonitor dari Whatsapp Grup, dipastikan tak bisa memperoleh informasi perkembangan situasi, karena data seluler sementara akan off.
Kalau terjadi situasi darurat, pemerintah daerah pun, kata dia, sudah menyiapkan langkah-langkah proses penyelamatan warga. Dibantu BPBD Kabupaten dan Provinsi, maupun BNPB.
Disisi lain, CCTV yang dipasang di sejumlah titik untuk kepentingan monitor visual Gunung Agung, juga dipastikan tetap dimanfaatkan. Demikian juga untuk alat SRR (Station Relay Radio) juga akan tetap dimanfaatkan seperti biasa. “Seluruh alat yang berkaitan dengan mitigasi bencana, tetap beroperasi seperti biasa. Termasuk HT (Hand Talk) para relawan. Bedanya Nyepi nanti untuk HT relawan kami komunikasi satu arah,” tegas Pawana.
Pawana menambahkan, meskipun sekarang Gunung Agung memperlihatkan aktivitas yang tenang, warga di sekitar kaki Gunung Agung harus tetap siaga. Sebab, tidak ada yang bisa menebak maunya Gunung Agung, kapan akan erupsi dahsyat dan kembali tidur panjang. Seperti yang terjadi, Minggu malam hingga Senin kemarin, terjadi hembusan dengan ketinggian asap dari 200 meter sampai 800 meter.
Laporan resmi dari Pos Pantau Gunung Agung, terhadap peristiwa tersebut, tetap meminta masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder. Seperti berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada saat hujan. Jika material erupsi masih terpapar di area puncak. Area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung. (Bagiarta/balipost)