SEMARAPURA, BALIPOST.com – Terminal Semarapura, Galiran, Kabupaten Klungkung mubazir. Pasalnya, sejak setahun belakangan telah ditinggalkan sebagian besar angkutan umum. Fungsinya kini lebih banyak untuk pangkalan angkutan lain.
Pantauan Selasa (13/3), terminal yang berlokasi di Kelurahan Semarapura Klod ini, tepatnya utara Pasar Galiran nampak lengang. Tempat tunggu penumpang sejumlah trayek justru menjadi tempat menurunkan barang yang diangkut mobil pick up.
Bahkan, ada pula sebagai parkir kendaraan pribadi. Sementara untuk angkutan umum, hanya terlihat segelintir. Sebagian besar mangkal di Jalan Anyelir, selatan terminal menunggu penumpang. Hal ini memicu kekroditan lalu lintas.
Seorang sopir jurusan Dawan, I Wayan Sukania menuturkan kondisi terminal yang demikian sudah menjadi pemandangan klasik. Banyaknya angkutan yang mangkal di luar akibat penumpang enggan masuk ke terminal.
“Tetapi untuk sopir dari Dawan, sudah sepakat untuk menunggu penumpang di dalam terminal. Kami ada delapan orang,” ucapnya.
Pria asal Desa Pikat, Kecamatan Dawan ini mengaku tak mempersoalkan hal tersebut. “Kami sudah punya langganan. Biar mangkal di dalam, tetap dicari,” imbuhnya.
Kepala Bidang Angkutan Darat Dinas Perhubungan Klungkung, Nyoman Suarsana tak menampik kondisi tersebut. Seluruh sopir sudah diberikan imbauan untuk bisa mengikuti peraturan yang ada. Namun karena beralasan mempermudah mendapatkan penumpang, diberikan permakluman untuk menunggu di luar terminal, dengan catatan tidak sampai menimbulkan kemacetan.
“Imbauan sudah sering diberikan. Sekarang terminal kan sudah bagus. Tempatnya memadai. Tapi penumpang yang datang dari Pasar enggan masuk. Ini menyebabkan sopir mangkal di luar,” jelasnya didampingi Kepala Seksi Sarana Angkutan, I Wayan Suta Artawan.
Disampaikan lebih lanjut, sopir angkutan itu masih bersedia membayar retribusi Rp 1000, sehingga target capaian yang dipasang Pemkab tahun ini sebesar 32,6 juta diyakini bisa terealisasi. Ini pun didukung dengan retribusi dari pick up, truk, dan bus.
“Sebelum mangkal di luar, sopir mau masuk sebenar untuk membayar retribusi. Jadinya terminal tetap ada pendapatan,” tandasnya.
Berdasarkan data terakhir, angkutan umum yang rutin masuk ke terminal mencapai 110 Unit. Kondisi terminal yang demikian diklaim belum mempengaruhi penilaian untuk mendapatkan penghargaan Wahana Tata Nugraha. (manik astajaya/balipost)