Edukasi
Buleleng akhirnya memiliki Museum Soenda Ketjil sebagai sumber edukasi sejarah sekaligus kebanggaan bahwa pada masa lampau pusat pemerintahan di Bali, NTT dan NTB ada di Buleleng. (BP/mud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Setelah cukup lama menjadi wacana, Buleleng akhirnya resmi mendirikan Museum Soenda Ketjil. Dengan sokongan dana dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun 2017 lalu senilai Rp 1,2 milair, Museum Soenda Ketjil ini telah didirikan dengan jumlah koleksi sementara baru 20 persen.

Meski kleksinya belum lengkap, namun kalangan sejarawan menilai museum ini sebagai sumber edukasi sejarah bagi pelajar, mahasiswa, peneliti dan masyarakat umum. Tak hanya itu, museum ini juga layak menjadi daya tarik wisata (DTW) di Kota Singaraja.

Museum Soenda Ketjil memanfaatkan gedung bekas kantor pelabuhan jaman penjajah Belanda di kawasan Eks Pelabuhan Buleleng Kelurahan Kampung Tinggi.

Sejarahwan yang juga akademisi Undiksha Singaraja I Made Pageh mengatakan, museum Soenda Ketjil ini perannya begitu sentral sebagai pusat pendidikan sejarah di Buleleng. Ini karena museum menampilkan beberapa bukti sejarah di mana pada masa lampau bahwa pusat pemerintahn Ibu Kota Soenda Ketjil dengan daerah kekuasan meliputi Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Baca juga:  Ratusan Pelanggar Kependudukan Terjaring

Selain itu, di museum ini juga disimpan bukti sejarah bahwa Ibu Kota Soenda Ketjil itu sendiri pernah oleh seorang Gubernur Jendral yang dari Buleleng yang sekarang sudah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Mr. I Gusti Ketut Pudja.

“Sebagai sejarawan dan termasuk saya ikut menginisiasi pendiriannya, maka museum ini selain kebanggaan bahwa Buleleng ini sempat sebagai pusat pemerintahan di Bali dan NTT dan NTB, ini juga sebagai sumber ilmu utamanya sejarah untuk pelajar, mahasiswa, peneliti, wisatawan, dan masyarakat umum,” katanya Selasa (13/3).

Baca juga:  Garuda Denpasar Targetkan Tumbuh 5-10 Persen

Menurut Pageh, dari segi kelengkapan koleksi sebenarnya Museum Soenda Ketjil tidak memerlukan banyak koleksi seperti museum pada umumnya. Melainkan cukup dengan fasilitas gedung, kemudian dokumen berupa master sejarah dan wilayah kekuasaan baik di Bali, NTT, dan NTB dipajang di museum.

Mester ini sendiri selain dalam bentuk buku atau dokumen sejarah lain, namun perlu juga berupa audio visual. Dengan koleksi yang sederhana itu, dirinya yakin sudah cukup memberikan gambaran sejarah pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Soenda Ketjil Mr. I Goesti Ketut Pudja.

Baca juga:  Awasi Peredaran Daging Babi, Distan Terjunkan Kesmavet

Sementara itu, Dirjen Permuseuman dan Cagar Budaya Kemendikbud Harry Widianto mengatakan, pemerintah pusat akan mendukung penuh pengembangan Museum Soenda Ketjil hingga layak menjadi obyek museum. Dukungan ini sejalan dengan keinginan pemkab untuk melengkapi koleksi berupa lukisan Mr. I Goesti Ketut Pudja, meja, kursi, rak buku, dan patung yang sudah diizinkan oleh pihak keluarga disimpan di museum.

“Dukungan itu harus kami berikan bukan karena sejarahnya saja, namun banguannya sendiri layak dijadikan cagar budaya karena memiliki aspek sejarah dan usianya sudah lebih dari 50 tahun. Kami minta Bupati mengusulkan dan pusat akan segara merespon untuk menetapkan sebagai bangunan ini sebagai cagar budaya,” jelasnya. (mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *