BANGLI, BALIPOST.com – Puluhan desa di Kecamatan Kintamani dan sejumlah dusun di kecamatan lain hingga saat ini belum terjangkau layanan air bersih dari PDAM Bangli. Hal itu disebabkan lantaran kondisi topografi Kintamani yang membuat pihak PDAM sulit mengangkat sumber air yang ada. Untuk bisa memberikan pelayanan air bersih ke wilayah tersebut, PDAM Bangli membutuhan biaya yang cukup tinggi hingga puluhan miliar rupiah.
Direktur PDAM Bangli Wayan Gede Yuliawan Askara, Selasa (13/3) mengakui sampai saat ini pihaknya belum mampu memberikan layanan air bersih ke seluruh desa di Kabupaten Bangli. Di Kecamatan Kintamani, dari 48 desa yang ada PDAM Bangli baru bisa memberikan layanan air bersih kepada 9 desa. Selain di Kintamani, beberapa dusun di Kecamatan Tembuku seperti Kubusuih, Sidaparna, Puraja dan beberapa dusun di Desa Peninjoan, juga diakuinya belum bisa terlayani layanan air PDAM dengan maksimal. “Tidak normal mendapat airnya. Baru seminggu sekali,” ujarnya.
Dikatakan Yuliawan Askara, sejatinya sumber air di Kabupaten Bangli yang bisa dimanfaatkan PDAM sangat melimpah. Hanya saja untuk memanfaatkannya PDAM harus melakukan pengangkatan dengan cara memompa, mengingat topografi wilayah Bangli terutama Kintamani yang berada di ketinggian. Untuk mengangkat air dari sumbernya, biaya yang dibutuhkan PDAM cukup tinggi. “Selama ini belum mampu kami lakukan karena butuh biaya investasi dan operasional yang cukup tinggi,” terangnya.
Menurut Yuliawan, jika pemerintah pusat memberikan bantuan Rp 30-40 miliar untuk pengangkatan sumber air, maka pihaknya meyakini puluhan desa yang selama ini belum terjangkau PDAM nantinya bisa terlayani air bersih oleh PDAM. Dengan dana Rp 30-40 miliar sumber air yang menurutnya bisa diangkat yakni yang berlokasi di wilayah Lembean, Desa Bunutin Kintamani.
Rencananya debit air yang diangkat mencapai 100 liter per detik. Dengan upaya itu diperkirakan akan ada sekitar 6.000-8.000 pelanggan baru di 20 desa di Kintamani yang bisa terlayani air bersih dari PDAM Bangli.
Yuliawan menambahkan untuk bisa mendapat bantuan dari pusat tersebut, pihaknya selama ini sudah cukup sering mengajukan permohonan. Pihaknya juga sudah cukup sering mempresentasikan terkait kondisi dan kebutuhan air di wilayah Bangli ke satker terkait. Yuliawan mengakui untuk bisa mengangkat air dari sumber air di Lembean pihaknya hanya bisa mengharapkan bantuan dari pusat. “Kalau mengandalkan dana dari daerah kan kurang. APBD kita kan tidak signifikan,” kata Yuliawan. (dayu rina/balipost)